Sejarah perkeretaapian Indonesia 1875-1925

            Di bawah ini adalah sejarah perkeretaapian di Indonesia pada rentang tahun 1875-1925 dan dalam bentuk sketsa.  Selama zaman kolonial Belanda transportasi rel di Indonesia terutama di Pulau Jawa dijalankan oleh pemerintah Belanda, Jerman dan Inggris. Rel kereta api yang pertama dibangun di bagian selatan pulau Jawa oleh Nederlandse Indische Spoorwegen Maatschappij (NISM) (Perusahaan Rel Kereta Api Belanda) pada sekitar tahun 1860.

Kereta api melewati jembatan menuju wilayah Dampit. Foto diambil sekitar tahun 1943.
(Sumber foto: google)

     Jalur kereta api pendek (narrow gauge) dibangun karena membutuhkan biaya yang rendah dan lebih menguntungkan. Rel kereta api ini panjangnya tiga kaki kali enam inci dan menjadi standar di pulau Jawa . Decauville atau rel yang panjangnya dua kaki dibangun sepanjang pabrik gula dan lokomotivnya menggunakan tenaga uap. Selama penjajahan Jepang sekitar perang dunia pertama, beberapa bagian rel dipindahkan ke Manchuria.

 
 Stasiun Lawang
(sumber foto: google)
Kereta api pertama di Indonesia dibangun tahun 1867 di Semarang dengan rute Semarang - Tanggung yang berjarak 26 km oleh NISM, N.V. (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij) dengan lebar jalur 1.435 mm (lebar jalur SS - Staatsspoorwegen adalah 1.067 mm atau yang sekarang dipakai), atas permintaan Raja Willem I untuk keperluan militer di Semarang maupun hasil bumi ke Gudang Semarang. Kemudian dalam melayani kebutuhan akan pengiriman hasil bumi dari Indonesia, maka Pemerintah Kolonial Belanda sejak tahun 1876 telah membangun berbagai jaringan kereta api, dengan muara pada pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya. Semarang meskipun strategis, tetapi tidak ada pelabuhannya untuk barang, sehingga barang di kirim ke Batavia atau Soerabaja.
Gambaran keadaan kereta api di Indonesia pada masa djaman doeloe perlu dilestarikan, sehingga generasi mendatang bisa menghayati dan betapa pentingnya pembangunan kereta api. Memang pada masa itu nama kereta api sudah tepat, karena kereta dijalankan dengan api dari pembakaran batu bara atau kayu. Sedangkan sekarang sudah memakai diesel atau listrik, sehingga lebih tepat kalau disebut kereta rel, artinya kereta yang berjalan di atas rel dengan diesel ataupun listrik. Informasi tahun 1875 - 1925 mungkin sudah susah dijumpai di perpustakaan, oleh sebab itu uraian ini sangat tepat dan perlu diinformasikan kepada generasi muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar