Selamat pagi sobat spoor semua, dimanapun sobat berada semoga sobat sellau dalam keadaan sehat dan selalu bersemangat untuk menjalani aktifitas hari ini. Kalau dalam beberapa postingan sebelumnya saya mengajak teman-teman untuk jalan-jalan ke Kutoarjo dengan kereta apai Aji Saka sambil melihat-lihat pemandangan yang ada. Pada postingan kali ini saya akan mengajak teman-teman untuk melihat kondisi bangunan yang dulunya merupakan Stasiun Ngabean yang ada di Kota Yogyakarta.
Saya sendiri baru tahu kalau itu adalah bekas bangunan stasiun setelah tema saya Andra memberitahukan saya untuk mengadakan janji mengambil sticker Dipo Lokomotif Mojosari di wilayah tersebut. Padahal saya sendiri sudah bolak balik melewati kawasan tersebut dan tidak tahu kalau itu duluny adalah banunan stasiun. Bahkan sekitar dua tahun yang lalu saya juga pernah dua kali sholat di masjid yang terdapat tidak jauh dari bangunan stasiun tersebut.
Secara fisik bangunan ini memang masih terawat dengan baik, berbeda dengan stasiun-stasiun sebelumnya yang sudah saya singgahi. Bangunan stasiun ini masih terlihat kinclong dengna warna dasar putih dan biru yang masih memberikan kesan klasik. Namun saat saya mencoba mencari papan plang tanda aset saya tidak menemukannya. Bahkan saat saya bertanya kepada teman saya adakaha papan penunjuk tanda aset, dia mengatakan tidak pernah ada papan penunjuk aset di sekitar wilayah tersebut. Entah tanah tersebut milik PT KAI ataupun milik kesultanan saya sendiri memang kurang mengetahuinya.
Namun, yang tersisa dari stasiun ini adlah masih terdapat satu buah jalur rel yang dipotong yang panjangnya sama dengan panjang bangunan stasiun tersebut. Selain itu terdapat juga beberapa roda kereta api yang tergeletak di depan banunan tersebut. Secara topografi saya melihat adanya peninggian areal sekitar stasiun. Hal ini karena posisi rel tersebut berada sektiar setengah meter dari tanah yang sekarang menjadi kawsan areal parkir tersebut. Entah akibat letusan Gunung Merapi atau memang sengaja diuruk. Namun dari sisa-sisa tersebut saya masih menemukan adanya sinyal pantograf yang terdapat di sisi jalan raya tidak jauh dari stasiun tersebut.
Mungkin dulunya stasiun ini memiliki banyak jalur aktif yang kini sudah menjadi areal lapang. Sungguh sangat disayangkan jika memang jalur-jalu rtersebut harus mati dan menjadi bagian dari sisa sejarah perjalanan perkereta apian di Indonesia. Semoga ada upaaya dari pemerintah daerah ataupun kota yang berinisiatif untuk kembali menghidupkan jalur-jalur mati yang ada di Indonesia melihat angkutan masal yang ada saat ini masih jauh dari kata nyaman bagi para penggunanya. Sudah saatnya negara seperti Indonesia ini memiliki mod atransportasi publik berbasiskan rel yang nyaman, aman dan dengan harga terkangkau.
Terlihat sekitarnya telah mengalami peninggian dari tinggi tanah semua
Sinyal semapur yang masih tersisa
Mungkin hanya sedikit informasi ini yang dapat saya berikan kepad asobat smeua pada pagi hari ini. Seoga sedikit goresan yang sederhana ini dapat memberikan informasi tambahan untuk teman-teman terkait dengan informasi dunia perkereta apian yang ada di Indonesia. Sampai jumpa kembali pada postingan sleanjutnya dan tidak lupa saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya atas kunjunga sobat semua di DIpo Lokomotif Mojosari. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, dan Jaya Selalu Kereta APi Indonesia...!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar