KRDI generasi ke-3 |
pendinginan utama yaitu untuk mendinginkan mesin diesel, turbo super charger, oil heat exchanger motor diesel dan oil heat exchanger transmisi hidrolik setelah lewat radiator. Kontrol mesin dan transmisi VOITH-nya sudah secara eletrik yaitu untuk engine pake ECM ( Engine Control Module ) sedangkan transmisinya pake sistem VTDC ( Voith Turbo Drive Control ). ECM menempel di engine begitu juga salah satu komponen VTDC-nya ( VTDC merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen ). Meskipun KRDI tergolong pada kereta rel disel hidrolik (KRDH), namun KRDI masih tergolong pada kereta yang tidak tahan terhadap genangan air, karena dapat mengakibatkan konsleting arus listrik, maupun mengganggu kinerja dari ECM. Cummins sendiri merupakan sebuah perusahaan multinasional yang berpusat di Amerika Serikat yang bergerak pada bidang perancangan, produksi, dan distribusi mesin, filtrasi, dan pebangkit listrik. Perusahaan yang berkantor pusat di Colombus, Indiana ini pertama kali berdiri di tahun 1919. Salahs atu mesin yang dibuat oleh Cummins adalah mesin untuk kereta api. (selain itu ada mesin untuk peralatan militer, kosntruksi, industri, kelautan, pertambangan, minyak dan gas)
Empat Generasi Kereta Rel Disel Indonesia
Terhitung, INKA mulai memproduksi rangkaian KRDI di tahun 2007. Sampai dengan 2014, terdapat sebanyak 4 generasi KRDI telah diprduksi oleh INKA. Untuk generasi pertama sendiri, terdapat 3 buah train set KRDI yang diproduksi oleh INKA di tahun 2007-2008, diantaranya adalah rangkaian KRDI yang kemudian digunakan untuk Banyubiru dengan lebar rel 1067mm sebanyak 1 train set (4 kereta) dan diresmikan apda 19 September 2008. , Kaligung Baru dengan lebar rel 1067mm sebanyak 1 train set (4 kereta) diresmikan pada 12 Desember 2008, dan Cut Meutia dengan lebar rel 1435mm sebanyak 1 train set (2 kereta), yang meski dibuat di tahun 2008, namun baru beroperasi dan diresmikan pada 1 Desember 2013 untuk melayani rute Krueng Mane-Krueng Geukeuh melalui Bungkaih dengan panjang lintasan sepanjang 11,3 km.
Adapun untuk KRDI generasi kedua, kembali diproduksi oleh INKA pada tahun 2009. Pada tahun 2009, INKA memproduksi sebanyak 4 set KRDI dengan masing-masing train set terdiri dari 4 kereta. Adapun kelima train set tersebut adalah, Blora Jaya Ekspres diresmikan perjalanannya di tanggal 15 Oktober 2009, dengan rute perjalanan dari Semarang-Cepu-Bojonegoro. Seiring dengan perkembangan layanan KAI, layanan KRDI Blora Jaya menganti rangkaiannya dengan kereta berlokomotif. Untuk KRDI Madiun Jaya sendiri diresmikan pada 19 Desember 2009. KRDI Madiun jaya yang beroperasi pada tahun 2009 merupakan KRDI Madiun Jaya non AC dimana dua tahun setalahnya, INKA bersama dengan Kementrian Perhubungan kembali meluncurkan Madiun Jaya Ekspres dengan berpendingin ruangan. Pada awal beroperasi, KRDI Madiun Jaya ini melayani rute dari Kertosono sampai dengan Solo Balapan. Namun per tanggal 12 Maret 2010, relasinya diperpanajang dari Kertosono sampai dengan Stasiun Tugu, Yogyakartadengan dua kali perjalanan setiap harinya. Selanjutnya adalah KA Seminung yang beroperasi di Divre IV Tanjungkarang, dan diresmikan pada taggal 13 Januari 2010 dengan relasi Tanjungkarang-Kotabumi dean panjang lintasan 86 km dan kecepatan operasi 70 km/jam dan waktu tempuh kuran glebih 2,5 jam. Rangkaian KRDI keempat adalah Sri Lelawangsa yang beroperasi mulai 6 Maret 2010 dengan rute Medan-Binjai dengan menempuh jarak selama 30 menit dan panjang lintasan 21 km.
Generasi ketiga dari KRDI buatan INKA lahir pada kurun waktu 2010 sampai dengna 2011. Berbeda dengan generasi sebelumnya, pada KRDI generasi ketiga ini, INKA telah melengkapinya dengan pendingin ruangan. Pada generasi ketiga ini, INKA memproduksi sebanyak 3 train set yang juga terdiri dari 4 kereta di setiap train setnya. Adapun alokasi dari KRDI generasi ketiga ini adalah, KA Madiun Jaya Ekspres dengan relasi yang sedikit berbeda dengan pandahulunya KRDI Madiun Jaya non AC, jika Madiun Jaya non AC melayani rute sampai dengan Kertosono-Yogyakarta dengan dua kali perjalanan, maka untuk KRDI Madiun Jaya Ekspres hanya melayani rute Madiun-Yogyakarta dengan satu kali pemberangkatan setiap harinya. Pada pertengahan tahun 2015, layanan KRDI Madiun Jaya Ekspres berhenti beroperasi karena seringnya rangkaian mengalami masalah teknis, bahkan dalam beberapa kali perjalanannya sempat digantikan dengan menggunakan rangkaian KRDI Arjuno Ekspres yang sudah tidak beroperasi. Sampai dengan 10 Mei 2016, karena sepinya penumpang (load factor) maka layanan dari KRDI Madiun Jaya Ekspres resmi diberhentikan. Set kedua generasi ketiga adalah KRDI Cepu Ekspres yang diresmikan apda tanggal 25 Agustus 2011 dengan rute Semarang Poncol sampai dengan Surabaya Pasarturi. Namun sama seperti layanan KRDI Madiun Jaya Ekspres, layanan KRDI Cepu Ekspres juga harus berhenti pada tanggal 3 Oktober 2016. Train set terakhir adalah KRDI Way Umpu, yang hadir pada tanggal 1 Februari 2012. Sama seperti KRDI Seminuang, KRDI Way Umpu juga melayani rite dari Tanjungkarang sampai dengan Kotabumi, perbedaannya hanya pada rangkaian KRDI yang telah dilengkapi dengan pendingin ruangan. Pada tanggal 17 mei 2019, rangkaian dari KRDI Way Umpu dikirim kembali menuju pulau Jawa untuk dipergunakan sebagai rangkaian KA bandara Internasional Yogyakarta. Pada tanggal 18 Agustus 2019, KRDI Way Umpu keluar kembali dari Balai Yasa Pengok dengan corak baru, yaitu putih-hijau dan bersiap mengawali debut barunya sebagai kereta bandara YIA.
Pada tahun 2014, PT INKA kembali meluncurkan generasi keempat KRDI pesanan dari Kementrian Perhubungan yang kemudian dikenal dengan nama KRDI Jenggala. KRDI Jenggala sendiri memiliki peran seperti para KRDI pendahulunya, yaitu mengemban tugas mulia sebagai KRDI perintis jalur rel reaktivasi antara Tarik sampai dengan Sidoarjo via Tulangan. Rute dari KRDI Jenggala sendiri, menghubungkan antara Stasiun Mojokerto sampai dengan Stasiun Sidoarjo via Tarik dan menjadi primadona bagi masyarakat sekitar, karena layanananya yang murah dan nyaman. KRDI Jenggala sendiri telah diproduksi sebanyak 2 set yang masing-masing train set terdiri dari 4 kereta penumpang. Setiap kereta telah dilengkapi dengan pendingin ruangan, running text baik di kabin maupun bagian luar kereta, serta pintu otomatis. Dalam perjalanannya, sektiar tahun 2018 silam, satu set KRDI jenggala diperbantukan dan beroperasi untuk menggantikan KRDE Supor (Surabaya-Porong) yang sering mengalami masalah. Sampai dengan tahun 2020, tersisa satu set Jenggala yang melayani rute Mojokerto-Sidoarjo. Pada awal tahun 2020 juga, satu set KRDI Jenggala telah masuk ke balai yasa Pengok, Yogyakarta, dan keluar dengan warna baru (corak putih-hijau). Dari sisi spesifikasi bagian luar kereta, KRDI Jenggala memiliki perbedaan pada bagian depan kreta, dimana pada bagian depan kabin masinis, di sisi kanan dan kiri kabin sudah menggunakan kaca seperti CC300 generasi kedua.
Program KRDI Berpendingin Ruangan (AC)
Tahun 2019, dapat dikatakan sebagai tahun perombakan rangkaian KRDI. Terhitung hampir mendekati usianya yang ke-10 tahun, beberapa KRDI yang sudah lama berdinas dilintas satu persatu ditarik masuk ke dalam bengkel kereta api dan lokomotif Balai Yasa Pengok Yogyakarta. Mulai dari KDI Way Umpu, KRDI Madiun Jaya (generasi ke-2), KRDI Arjuno Ekspres. Kesemua KRDI tersebut menjalankan perbaikan dan peremajaan dengan mengganti bagian yang sudah usang dengan spare part baru. Tidak hanya itu, beberapa kompartemen pada bagian kabin penumpang juga dirombak agar terlihat lebih menarik, elegan, dan menawan. Untuk warna eksteriornya sendiri, dipilih perpaduan warna hijau dan putih. Senada dengan bagian interior, bagian eksterior kereta juga diberi warna hijau dan putih. Warna tersebut memberikan kesan bersih, mewah, dan elegan bagi yang melihatnya. Tidak sampai disitu, perombakan juga dilakukan dengan memasangkan pendingin ruangan pada kabin penumpang. Tujuannya adalah untuk memberikan rasa nyaman kepada para penumpang kereta.
Jatuh Bangun KRDI Perintis INKA Pesanan Kementerian Perhubungan
Pengembangan dari KRDI INKA merupakan tongak bersejarah bagi perkeretaapian Indonesia, dimana Kementrian Perhubungan di tahun 2009 untuk pertama kalinya memesan rangkaian KRDI ke INKA dengan nilai kontrak Rp 30 miiar untuk setiap rangkaian kereta. KRDI merupakan kereta perintis, ambil saja contoh KRDI Banyubiru yang harus melayani rite dengan tingkat okupasi yang hanya 20-30 persen untuk lintas Semarang-Solo. Maka tidak heran jika dalam perngoprasiannya akan mengalami banyak sekali kendala, tidak hanya dalam segi teknis namun juga dari segi okupansi. Dari segi teknis, memang KRDI masih tergolong produk baru yang dikembangkan oleh INKA, menginggat untuk mengembangkan sebuah teknologi pasti akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Akan ada kalanya mengalami masa trial and error. Sehingga perusahaan dapat mengetahui kelemahan dari produknya dan menjadi bahan evaluasi bagi produk generasi setelahnya. Setidaknya terdapat dua faktor utama yang menyebabkan timbul tenggelamnya layanan KRDI perintis ini. Kedua faktor tersebut dapat saya rangkum ke dalam faktor eksternal dan faktor internal. Pertama adalah faktor ekspternal, pengaruh besar pada okupansi penumpang sebuah kereta adalah kesesuaian jadwal, dan juga lokasi tujuan penumpang. Hal tersebut dikarenakan kereta memiliki jadwal pemberangkatan yang tidak sefleksibel bis maupun transportasi darat lainnya. Selanjutnya adalah tujuan, mengingat kereta juga tidak dapat berhenti di sembarang tempat dan hanya berhenti di stasiun ataupun halte yang telah ditentukan. Fleksibelitas inilah yang terkadang menjadikan kereta penumpang kalah bersaig dengan angkutan darat lainnya yang menawarkan layanan dengan harga yang lebih murah, layanan prima, waktu pemberangkatan yang fleksibel, serta tempat pemberhentian yang tidak terlalu jauh dari tujuan penumpang. Selanjutnya adalah faktor internal, faktor internal sendiri dapat saya identifikasi sebagai faktor-faktor dari lingkungan kereta api, baik kondisi armada, penentuan rute trayek, jawal pemberangkatan, serta tempat pemberhentian kereta. Banyak kematian KRDI justru disebabkan oleh kedua faktor tersebut, baik eksternal maupun internal. Yaitu okupansi sepi ditambah dengan kondisi kereta yang sering bermasalah. Saya rasa itu adalah tantangan terbesar bagi pengembangan KRDI di Indonesia.
Selain kedua faktor di atas, saya juga melihat bahwa gebrakan dengan diuncurkannya layanan kereta dengan tarif parsial atau penumpang dapat membeli 3 jam sebelum kereta berangkat serta perpanjangan rute dengan menggunakan rangkaian idle (kereta luar dinas) juga menjadi alternatif untuk menghentikan layanan KRDI perintis ini. Sebut saja KRDI Banyubiru yang akhirnya digantikan dengan KA kalijaga di tahun 2015 yang menggunakan idle Bengawan. Tidak hanya itu, sampai akhinrya KA Kalijaga juga diberhentikan operasinya, karena tercover dengan KA Joglosemarkerto yang melayani jalur loop line Jawa Tengah. Kedepannya, bersar kemungkinan kereta dengan jenis KRDI lebih akan cocok digunakan untuk layanan kereta komuter, dengan okupansi yang cukup tinggi, dan rute trayek yang tidak terlalu jauh seperti halya Jenggala dan Supor saat ini. Kedua KA tersebut mampu bertahan, kemungkina adalah karena sebagai kereta penopang Surabaya dengan kota-kota lain disekitarnya. Selain itu, rute trayek yang dilalui juga tidak terlalu jauh, dengan medan yang sangat landai tanpa adanya tanjakan ataupun turunan yang berarti.
*(Artikel ini ditulis oleh @kanjengharyo, dengan merujuk beberapa artikel, berita, laporan, penelitian melalui studi literatur baik sumber primer maupun sekunder. Daftar pustaka sengaja tidak disematkan agar artikel ini hanya untuk dibaca, dan tidak dijadikan sebagai bahan rujukan untuk membuat penelitian, makalah, dll yang berkaitan dengan hal akademik. Artikel in jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kajian serta analisis lebih lanjut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar