Jalan-jalan ke Stasiun Wates (Full Foto)

        Selamat pagi sahabat spoor...!!! Semoga teman-teman masih mengikuti tulisan saya di blog ini. Dalam postingan kali ini saya akan mengajak teman-teman untuk menelusuri dan jalan-jalan ke Stasiun Wates. Kalau pada postingan sebelunya saya pamit untuk makan siang terlebih dahulu. Maka pada postngan kali ini saya sudah selesai makan siang.. hehehe...


         Tidak seperti stasiun-stasiun sbelumnya, Stasiun Wates merupakanm stasiun aktif dan masih digunakan sebagai naik turunya penumpang. Hal ini dapat saya lihat dari betapa sterilnya stasiun ini dari jangkauan orang-orang. Tidak seperti Stasiun sebelumnya, yaitu Rewulu dan Patukan yang memang menjadi sebuah public space untuk bersengkrama dan berkumpul para masyarakat sekitar.

          Mungkin mengapa stasiun ini tidak seperti stasiun sebelumnya, jug adikarenakan stasiun ini berada di tengah-tengah kota Wates. Dan terdapat lapangan luas yang bentuknya seperti alun-alun yang lokasinya tidak begitu jauh dari Stasiun. Stasiun ini memiliki sekitar 4 jalur peron kereta api. Yang mana jalur satu dan jalur dua merupakan jalur kereta api langsung . Sedangkan pada jalur empat, terlihat rangkaian gerbong pengangkut kricak yang terparkir di peron tersebut.


          Karena stasiun ini tergolong dalam stasiun yang steril, maka sulit juga bagi saya untuk mendapatkan gambar yang sesuai. Maka  saya mencoba untuk mencari celah jalan tikus yang berada di sekitar stasiun. Dan saya menemukan jalanm tersebut, jalan yang menuju sebuah warung makan kecil dipinggiran rel kereta api. Dan dekat dengan bangunan yang masih milik PT KAI. Jika dilihat dari sisa-sia peninggalan yang ada, warung tersebut dulunya juga merupakan jalur yang dilalui oleh kereta api. Hal ini daat saya lihat dari masih adanya rel kereta api yang tertananm di bawah tanah dan mulai tertutup oleh tanah disekitar warung tersebut.



           Di sekitar stasiun ini, kita akan menjumpai banyaknya batu-batu krikil yang berfungsi sebagai ballast untuk jalu kereta api. Selain batu kerikil, disekeliling stasiun juga terdapat balok-balok rel kereta api yang terbuat dari besi baja yang sudah tidak lagi dipakai dan digantikan dengan balok-balok yang terbuat dari beton. yan gmana balok beton terkenal lebh kokoh dan tahan lama dibandingkan dengan balok yang terbuat dari lempengan besi baja zaman dulu.


           Selain lempengan-lempengan balok yan gsudah tidak terpakai, terdapat pula besi-besi konstruksi jembatan yang terlihat juga merupakan besi-besi yang sudah tidak lagi dipakai. Dan jgua rel-rel lama yang ditumpuk di satu tempat bersama dengan besi jembatan dan besi balok tadi. Dan kebetulas, saat saya tiba di stasiun tersebut ada sebuah rangkaian kereta api ayng melintas. Dan dapatlah saya satu rangkaian yang melintas tersebut. Dan untuk positingan selanjutnya, mungkin saya akan mengajak teman-teman untuk mundur kembali ke Stasiun Patukan, sebelum kita kembali menelusuri jalan ke arah Barat dari stasiun Wates pad akesempatan selanjutnya.

     
       Semoga sedikit goresan dan informasi ini dapat berguna serta bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita tentang perjalan si ular besi Indonesia. Tidak luma saya ucapkan terimakasih banyak karena teman-teman sudah mau berkunjung ke Dipo Lokomotif Mojosari. Jaya Selalu Kereta Api Indonesia...!!!!



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar