Dibalik Sejarah Lahirnya KA Jayabaya Reborn di Tahun 2014, Sang Pelopor Selendang Pecut!

Interior kabin KA Jayabaya
Pada tanggal 18 Oktober tahun 2014, PT KAI secara resmi meluncurkan layanan terbarunya yang bernama KA Jayabaya. Nama tersebut sebenarnya bukanlah nama baru di dunia kereta api Indonesia, dimana sebelumnya nama KA Jayabaya pernah digunakan untuk dua layanan KA di jalur Selatan dan Utara Jawa, yaitu Jayabaya Selatan dengan rute Gambir-Surabaya Gubeng dan Jayabaya Utara Gambir sampai Surabaya Pasar Turi. Namun bukan itu yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini, melainkan latar belakang dari lahirnya KA Jayabaya Reborn dengan tampilan baru, kelas baru, dan rute baru. Pada hari Kamis 13 Maret tahun 2014, atau 7 bulan sebelum peluncuran KA Jayabaya, menteri BUMN meminta PT KAI untuk membeli sebanyak 50 kereta penumpang kelas ekonomi plus buatan PT INKA. Kereta ekonomi AC plus tersebut merupakan kereta yang sebelumnya dipesan oleh Kementrian Perhubungan dengan nilai kontrak mencapai Rp 180 miliar. Kereta penumpang kelas ekonomi AC Plus tersebut, merupakan kereta penumpang yang dipesan oleh Kementrian Perhubungan di tahun 2012 silam. Namun ketika semua kereta penumpang tersebut selesai, Kementrian Perhubungan tidak memiliki uang untuk mengambilnya. Oleh karena itu, Dahlan Iskan selaku Menteri BUMN saat itu meminta kepada PT KAI untuk membeli ke-50 kereta penumpang tersebut untuk dapat menyelamatkan PT INKA.

Oleh karena itu, Dahlan Iskan mengajak jajaran Direksi PT KAI untuk meninjau langsung ke-50 kereta penumpang tersebut, untuk memastikan desain, spesifikasi, serta kualitas sesuai dengan standar kualitas kereta yang dioperasikan oleh PT KAI. Namun tidak dijelaskan lebih lanjut, hasil dari pertemuan antara direksi KAI dengan INKA saat itu, terutama terkait dengan harga beli ke-50 kereta penumpang pesanan Kementrian Perhubungan tersebut. Meski demikian, saya mendapatkan dari kanal berita lainnya yaitu dari pinkkorset.com, dalam berita yang digunggah pada 18 Oktober 2014 tersebut, kanal berita tersebut menyebutkan, bahwa kereta yang kemudian digunakan untuk kereta Jayabaya tersebut memiliki nilai investasi sebesar Rp 50 miliar. Tidak ada informasi lebih lanjut yang menjelaskan, apakah rangkaian KA Jayabaya yang ada saat ini, merupakan rangkaian yang tidak jadi dibeli oleh Kementrian Perhubungan atau bukan. Namun jika dilihat dari rentang waktu yang ada, besar kemungkinan rangkaian KA Jayabaya merupakan rangkaian yang dibelih oleh PT KAI dari INKA, dari kereta yang tidak jadi dibeli oleh Kementrian Perhubungan. Yang kemudian, dialokasikan, untuk memenuhi permintaan pada rute Malang-Jakarta via Surabaya dan Semarang.

Berbicara mengenai desain interior dan eksterior kereta Jayabaya, secara desain interior kereta Jayabaya tidak jauh berbeda dengan kereta ekonomi AC plus generasi sebelumnya yang digunakan pada rangkaian KA Bogowonto dan Gajahwong. Hanya saya yang membedakan adalah, KA Jayabaya telah dilengkapi dengan kereta khusus difabel, yang terdapat pada kereta 4 dan kereta 5, dimana hanya berkapasitas sebanyak 64 kursi. Kereta yang digunakan pada Jayabaya merupakan kereta baru dan generasi terkahir bagi kereta kelas ekonomi AC, atau kereta ekonomi yang menggunakan AC sentral. Karena, dua tahun setelahnya, PT KAI mengeluarkan layanan kereta kelas ekonomi baru dengan tampilan yang berbeda dari kelas ekonomi lainnya, yang kemudian dikenal dengan sebutan ekonomi new image/ economi new concept.

Pada awal peluncurannya, KA Jayabaya dengan rute Malang-Pasar Senen, menjadi kereta pertama di Indonesia yang menggunakan livery baru saat itu. Yaitu livery yang dikenal dengan sebutan air line atau livery pecut. Dimana bodi kereta mayoritas berwarna abu-abu dengan corak garis merah dan putih seperti layaknya sebuah selendang yang sedang tertiup angin. Dimana, di tahun-tahun setelahnya, livery ini mewarnai semua rangkaian kereta di Indonesia. KA Jayabaya sendiri pertama kali berjalan menggunakan nomor KA 7024 untuk KA dari Pasar Senen menuju Malang, dengan waktu tempuh 4 jam lebih singkat dari KA Matarmaja dan Majapahit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar