Jelajah Jalur Mati Gedeg - Kemantren - Padangan Mojokerto

         Selamat pagi sobat semua, semoga sobat semua selalu dalam keadaan sehat dan selalu bersemangat untuk menajlankan aktifitas hari ini. Pada beberapa psotingan kali ini saya akan membahas mengenai jalur mati hingga stasiun-stasiun yang ada di wilayah Mojokerto. Karena kebetulan dari hari Kamis-Minggu tanggal 15 besok akan ada di Mojokerto. Maka pada hari Jumat ini tepat pukul 05.30 saya meninggalkan rumah di Mojosari untuk melakukan tracking jalur mati yang sudah saya persiapkan satu hari sebelumnya. Dengan berbekal kamera pocket dan sepeda motor pagi hari ini saya memulai perjalanan saya.

Bekas pondasi jembatan yang masih tersisa

        Lokasi pertama yang saya tuju adalah ujung dari Gedeg, dimana saat melewati jembatan saya masih melihat sisa-sisa dari perlintasan rel lama. Tanda utama yang saya lihat adalah, masih adanya beton peyangga jembatan di tepi sungai sebelah Barat. Dan disisi Timurnya sudah terdapat bangunan berupa pos ronda milik warga desa. Maka saya memulainya dari arah paling Barat dengan mengikuti jejak dari beton jembatan yang masih ada. Namun setelah saya menyebrangi sungai tersebut, saya sedikit hilang arah setelah masuk ke dalam desa. Karena minimnya tanda-tanda yang saya temukan di desa tersebut selain adanya plang besi yang menunjukkan aset milik PT KAI.

Terlihat jelas bekas pondasi jembatan yang masih tersisa

       Saya mencoba untuk tracking ke arah lebih Barat lagi, namun sayang hasilnya nihil. Saya justru kehilangan jejak, karena terdapat banyak sekali persimpangan yang membuat saya sulit membedakan mana yang bekas jalur kereta api dan mana yang jalan biasa. Karena kesemuanya hampir mirip dan menuju ke arah yang sama. Saya mencoba melihat dari sisa-sisa betona taupun balok kayu dan rel kereta namun saya tidak menemukan satupun tanda-tanda tersebut. Yang saya lihat hanya rumah-rumah yang dapat saya pastikan dulunya itu adalah rel kereta api. Selebihnya saya tidak tahu lagi kemana rel tersebut mengarah.

Kemungkinan pondasi ini adalah bekas bangunan lama

          Karena saya kehilangan jejak dari rel tersebut, maka saya putuskan untuk menjadikan titik paling Barat lokasi saya kehilangan ujung rel tersebut menjadi titik awal penelusutran jalur mati di Gedeg hingga nantinya berujung di Les Padangan. Saya kembali menelusuri lokasi yang sudah sempat saya lewati tadi dan kembali menyebrangi jembatan untuk terus mengikuti dan mengambil gambar jalur kereta api mati tersebut. Lokasi jalur mati yang berada di Gedeg Mojokerto ini tepat berada di sisi kiri jalan raya (dari arah Barat) bersebelahan langsung dengan sungai kecil, jalan raya, dan juga tanggul sungai Brantas.

Bekas jembatan kereta lama yang masih tersisa

      Saya mencoba melakukan tracking dengan mengikuti palng-plang petunjuk aset milik PT KAI. Meskipun demikian, lokasi ini tidak asing lagi bagi saya, karena memang lokasi ini tempat bermain saya saat saya kecil dulu. Dan entah tanpa diduga setelah kurang lebih 18 tahun lamanya saya akhirnya melakukan observasi ini, sungguh suatu pengalaman yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Untuk lebih jelasnya teman-teman bisa langsung melihat pada gambar penampakan yang berhasil saya abadikan.

Ujung jembatan dari Timur yang didirikan pos ronda warga

        Dari gambar-gambar tersebut, terlihat jelas bagaimana sudah terdapat banyak sekali bangunan yang menempati perlintasan mati tersebut. Baik itu bangunan permanen maupun semi permanen yan berupa toko-toko dan warung. Selain toko dan warung saat keluar di arah paling Barat juga terdapat SPBU yang saya perkirakan juga menempati lokasi jalur mati tersebut. Terus ke arah Timur rel melewati bawah dari jembatan lori tebu yang sekarng jembatan tersebut dialih fungsikan untuk  jembatan penyebrangan kendaraan bermotor.

Jembatan bekas kereta api yang kini menjadi jembatan warga

       Terus kearah timur saya masih bisa menmukan sisa-sisa dari peninggalan perlintasan tersebut yan glagi-;agi berupa beton jembatan yang sudah berumur puluhan tahun dan menjadi tempat menaruh pot warga. Selain itu saya juga mendapatkan bebreapa penampakan rel kereta yang masih belum tertutup oleh aspal jalanan. ENtah bagaiman bebrap tahun kedepannya, apakah saya masih bisa melihat penampakan rel tersebut. Namun yan gjelas, semakin ke arah Timur, akan semakin kita temukan banyak sekali bangunan- yang menempati jalur mati tersebut.

Sisa besi rel yang kini menjadi jembatan warga, lengkap dengan balok kayunya.

          Adapun dari sisa-sisa rel yang ada, beberapa warga memanfaatkannya untuk membuat dasar jembatan dan ada juga yang digunakan sebagai pagar bangunan. Untuk balok-balok rel sendiri saya duga sudah habis diamkan usia karena ada beberapa sisa yang saya temukan dan saya duga kuat merupakan bekas dari balok rel sudah hancur dan menjadi satu dengan akar pohon.

 Bekas rel kereta yang kini menjadi jalan raya (tampak pembangunan jembatan tol yang melintas disamping jembatan lori ke arah sungai Brantas)

Bawah jembatan ini dulunya dilalui kereta api

Papan penunjuk aset yang amsih berada disepanjang jalur mati ini


Disekitar papan aset ini sudah banyak didirikan bangunan warga yang berupa warung baik itu semi maupun permanen.

Papan ini sudah tertutup oleh rimbunnya pepohonan

Sebelah kiri adalah bekas lintasan kereta api

Keberadaan papan aset yang dikelilingi oleh bangunan milik warga

Masih terus menelusuri papan aset PT KAI yang menuju arah Padangan

Sebelah kiri adalah bekas lintasan kereta api

Menjadi tempat parkir truck

Bangunan tersebut berada di aset milik KAI

Papan aset yang menjadi menu warung yang juga berdiri di atas tanah tersebut

Bekas pondasi jembatan kereta api yang masih tersisa

Papan aset yang masih terlihat disekitar bangunan warga

Papan aset ini berada di wilkayah yang cukup lapang karena belum ada bangunan warga


Bekas rel kereta yang dijadikan jembatan oleh warga


Bekas rel kereta api ayng masih tersisa dan tertanam aspal

Rel ini dulunya sudah ada bersama dengan jalan tersebut (terlihat dari konstruksi rel)







Papan aset ini adalah papan aset terakhir sebelum kita masuk ke Stasiun Les Padangan yang akan saya bahas pada postingan selanjutnya.

        Semoga sedikit goresan dan informasi ini dapat berguna serta bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita tentang perjalan si ular besi Indonesia. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih banyak karena teman-teman sudah mau berkunjung ke Dipo Lokomotif Mojosari. Dan sampai jumpa kembali pada postingan-potingan saya selanjutnya. Jangan kapok berkunjung di sini ya sobat serta, Jaya Selalu Kereta Api Indonesia...!!!!



4 komentar:

  1. Sangat bermanfaat informasinya untuk menambah wawasan sejarah. Sayang sekali ya mas sekarang banyak besi" rel yg hilang dan banyak bangunan permanen yg dibangun oleh warga sekitar, andai saja pt.kai bisa mengaktifkan jalur tersebut kembali dan bisa dijadikan objek wisata

    BalasHapus
  2. saya sangat setuju denga pengaktifan jalur jalur mati milik PT KAI , kemanakh besi Rel itu semua ? miris rasa nya melihat semua pemandagan itu telah lenyap ...

    BalasHapus
  3. wihh... banyak banget sisa pondasi jembatannya.. semoga nanti melengkapi dokumentasiku deh..
    http://railfansina.blogspot.com/2013/12/jalur-mati-jombang-ploso-gempolkerep.html

    BalasHapus
  4. wihh... banyak banget sisa pondasi jembatannya.. semoga nanti melengkapi dokumentasiku deh..
    http://railfansina.blogspot.com/2013/12/jalur-mati-jombang-ploso-gempolkerep.html

    BalasHapus