orange

"WEB KA TERBESAR DI INDONESIA"-"UPDATE SETIAP HARI"-"WEB KA TERBESAR DI INDONESIA"-"UPDATE SETIAP HARI"-"WEB KA TERBESAR DI INDONESIA"-"UPDATE SETIAP HARI"-

Melihat Stasiun Lempuyangan Yogyakarta Dari Dekat

       Selamat pagi sahabat spoor semua, diamanpun seobat berada sobat semua dalam keadaan sehat dan tetap bersemangat melakukan aktifitas hari ini. Pada postingan kali ini saya akan  mengajak teman-teman untuk jalan-jalan ke Stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Sebenarnya baru kali pertaman ini juga saya pergi menggunakan kereta api dari stasiun ini. Karena biasanya jika saya berpergian dengan kereta api, saya selalu berangkat dari Stasiun Tugu yang memang diperuntukkan untuk kereta api kelas bisnis dan eksekutif. Stasiun Lempuyangan ini, merupakan stasiun terbesar kedua setelah Stasiun Tugu yang ada di Yogyakarta. Stasiun ini berfungsi sebagai tempat naik turunnya penumpang kereta api yang mengguanakan jasa layanan kelas ekonomi. 


Ruang parkir mobil didepan stasiun

    Jika Di Jakarta kita mengenal Stasiun Pasar Senen, maka di Yogyakarta ini fungsi dari Stasiun Pasar Senen hampir mirip dengan Stasiun Lempuyangan yang menjadi naik turunnya penmpang kelas ekonomi. Dari segi luas dan model bangunan, stasiun ini memiliki ruang yang lebih kecil jika dibandingkan dengan Stasiun Tugu. Hal ini dapat saya lihat dari ruang tunggu sebelum check ini masuk ke peron. DIruang tunggu tersebut hanya terdapat sekitar 6 buah kursi tunggu yang terdapat di sebelah Barat dan Timur tepat di sisi Selatan loket penjualan tiket.

 ATM Center yang terdapat didepan stasiun, juga dijadikan tempat menunggu oleh caron penumpang

        Loket penjualan tiket sendiri hanya terdapat 4 ruang, yang berjajar menghadap arah Timur stasiun. Loket 1 dan 2 berfungsi untuk penjualan kereta api lokal dan loket 3 dan 4 untuk kereta api jarak jauh. Pada bagian depan stasiun, terdapat deretan mesin ATM yang biasa digunakan oleh para calon penumpang untuk melakukan transaski penarikan tunai sebelum naik ke atas kereta api. Meskipun demikian, cara pelayanan kereta api jarak jauh hampir sama dengan yang ada di Stasiun Malang Kota Baru (saya pernah menuliskannya sekitar setahun yang lalu di blog ini). Dimana para calon penumpang mengambil nomor antrian terlebih dahulu, kemudian mengisikan form pembelian dengna nama dna identitas diri sesuai tanda pengenal dan kemudian akan dipanggil satu persatu ke loket untuk melakukan pembayaran dan cetak tiket.

 Ruang tunggu yang dipadati oleh calon penumpang

      Yang membedakannya dari Stasiun Malang Kota Baru adalah, nomor antrian yang ada sudah mengguankan sistem seperti di bank-bank dan gerai perbaikan hp. Jadi nomornya sudah mengguanakn sistem antrian digital yang secara otomatis mesin akan mencetak nomor antrian. Namun yang ingin saya kritisi adalah cara penjaga tiket yang melayani calon penumpangnya, entah disengaja atau tidak disengaja suara dari pegawai penjual tiket itu terdengar melalu pengeras suara. Mungkin kalau suara yang terdengar dari pengeras suara tersebut panggilan nomor antrian ya tidak masalah, namun yang terdengar dari pengeras suara tersebut justru transaski seperti "sisanya tinggal kereta A pak, harga tiket bla..bla.. bla... nanti berangkatnya malam dari sini". Atau "Tiket kereta api tujuan  bla,,,bla,,,bla,, sudah habis pak, sisanya tinggal kereta api  ini,,,,," ya hal-hal yang seharusnya tidak perlu mengguanakan pengeras suara.


 Antrian loket 1 untuk kereta lokal yang tidak pernah sepi

      Mengapa saya tuliskan disini, memang sebagai calon  penumpang sendiri saya saja yang mendengarnya risih. Mbok kalau mau bicara itu ya dimatikan terlebih dahulu. Ataupun jika memang suaranya kurang jelas didengar ada baiknya pihak stasiun merenovasi bagian kaca loket agar menjadi terbuka dengan memberinya jendela kecil bukan hanya lubang-lubang kecil yang menjadikan suara tidak terdengar begitu jelas. Apa lagi suara tersebut juga bercampur dengan gemuruh suara para calon penumpang lainny ayang menunggu antrian ataupun suara kereta api yang masuk dan suara PPKA yang menginformasikan perjalanan lalu lintas kereta.

Masih terlihat antrian yang ramai di loket 1 dan 2

       Sebenarnya terdapat satu loket yang menurut saya desainnya sudah sesuai, yaitu loket nomor 4 yang sudah menggunakan jendela kecil. Dengan demikian bagi para orang tua yang memiliki pendengaran yan gkurang bisa lebih jelas bertrasaksi tanpa terhalang jendela berlubang. Selain itu, pintu loket antrian kereta jarak jauh yang hanya berfungsi satu dari dua lket yang ada (3 dan 4) juga menjadikan antrian dan pembeliab kuran gefisien, karena harus bergantian buka. Bahkan dari beberapa calon penumpang yang saya ajak ngobrol, bebreapa hari lalu pernah antrian menumpuk hingga 100. Sungguh hal yang luar biasa, mungkin hal-hal kecil seperti ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi menejemen stasiun untuk lebih memberukan pelayanan yang aman, nyaman, dan baik bagi para calon penumpang pengguna angkutan kereta api kedepannya. 


 Sambil sarapan disalah satu warung sambil motret hehehe

 Rombongan penumpang (sepertinya Mahasiwa hehehe)

 Jajaran warung yang berjualan di depan stasiun

 Ruang tunggu yang penuh calon penumpang

 Persiapan check ini penumpang kereta, stempel dan identitas

 Tampak mulai sepi antrian

Menurut saya hanya loket 4 saja yang memiliki jendela ideal untuk sebuah loket (terdapat jendela kecil)

     Terimakasih sobat telah mengunjungi Dipo Lokomotif Mojosari. Jaya selalu Indonesiaku dan Jaya Selalu Kereta Api Indonesia...!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...