|
LRT palembang 1.067mm (foto:kompas.com)
|
Pengerjaan mengenai proyek
transportasi bebasis rel (sarana dan prasarana) tidak sesederhana seperti saat
kita akan membangun proyek jalan tol. Mengapa? karena ada banyak hal yang perlu
dipersiapkan dan pikirkan secara jangka panjang. Selain menentukan rute, titik
lokasi pemberhentian halte atau stasiun, sistem persinyalan, ada satu hal lagi
yang paling penting, yaitu menentukan lebar rel yang akan digunakan. Bahkan
dalam proyek LRT sendiri ada beberapa bidang kajian, seperti tinjauan studi
wilayah, kajian hukum dan kelembagaan, kajian permintaan penumpang LRT,
Perencanaan Geometrik (jalur rel), Perencanaan Sistem LRT (kontak rel ketiga,
signalling dan traffic signing, sistem kontrol traffic, konfigurasi ruang
kontrol total,basid design dll), Depo, Kendaraan Inspeksi dan Reparasi,
Telekomunikasi, Prencanaan Sistem Struktur, Perencanaan Stasiun dan JPO, Kajian
Bentuk Kerjasa, Analisis Dampak Lingkungan, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Kajian
Risiko, Kajian Dukungan Pemerintah. Beberapa hal tersebut berkenaan dengan
prospek dari proyek tersebut di masa yang akan datang. Dimana standar lebar rel
akan menentukan banyak hal, terutama dalam pengadaan rangkaian kereta. Dalam
perkeretaapian internasional, terdapat beberapa lebar rel yang digunakan
seperti 1.000mm, 1067mm, 1.435mm, 1.520mm, 1.524mm, 1.600mm, 1.668mm, dan
1.676mm. Dari berbagai lebar rel yang ada tersebut, yang umum digunakan adalah
rel dengan lebar 1.435mm, yaitu 60% dari seluruh populasi lebar rel yang ada di
dunia. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan ketersediaan rangkaian kereta.