Stasiun Bogor (Buitenzorg) dibangun
tahun 1880 pada waktu membuat lintas Buitenzorg - Soekaboemi - Tjiandjoer -
Tjitjalengka. Namun jaringan kereta listrik hanya ada di Batavia (Jakarta) ke
Buitenzorg (Bogor) yang dibangun tahun 1918, kemudian tahun 1925 jaringan
listrik juga dibuat ke Meester Cornelis (Jatinegara) ke Tandjoeng Priok. Staats
Spoorwegen, sebagai operator kereta api milik Pemerintah Kolonial Belanda,
memulai proyek elektrifikasi jalur kereta Tanjung
Priok - Meester
Cornelis (Jatinegara) pada tahun 1923 dan diresmikan pada 1925.
Proyek elektrifikasi terus berlanjut pada lingkar Jakarta, hingga Bogor dan
Bekasi. Kereta yang digunakan ialah lokomotif listrik seri 3000 buatan
pabrik SLM–BBC (Swiss Locomotive & Machine
works - Brown Baverie Cie), lokomotif listrik seri 3100 buatan pabrik AEG
(Allgemaine Electricitat Geselischaft) Jerman, lokomotif listrik seri 3200 buatan pabrik Werkspoor Belanda serta kereta listrik
buatan pabrik Westinghouse dan kereta listrik buatan pabrik General Electric.
Kereta api listrik pertama yang menghubungkan Gambir dengan Tanjungpriok
(sumber foto: wikipedia.com)
Jalur kereta yang terelektrifikasi
tersebut terus digunakan dan diperluas wilayah operasionalnya sejak kemerdekaan
Indonesia. Pengoperasian jalur kereta api di Indonesia dilaksanakan oleh Djawatan
Kereta Api Repoeblik Indonesia (kini sebagai PTKA). Lokomotif yang telah
digunakan sejak zaman Belanda dan dianggap sudah tidak layak jalan digantikan
oleh rangkaian kereta listrik buatan Jepang sejak tahun 1976. Sejak tahun 2000, Pemerintah
Indonesia rutin mendapatkan hibah rangkaian kereta listrik ex-Tokyo
Metro dari Jepang, yang kemudian digunakan untuk menambah armada kereta listrik
Jakarta.
Kereta api listrik pertama di Indonesia
(sumber foto: google)
Pada tahun 2008 dibentuk anak perusahaan PTKA, yakni PT
KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), yang fokus pada pengoperasian jalur kereta
listrik di wilayah Daerah Operasional (DAOP) 1 Jabotabek, yang saat itu
memiliki 37 rute kereta yang melayani wilayah Jakarta Raya. PT KCJ memulai
proyek modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011, dengan menyederhanakan rute
yang ada menjadi 5 rute utama, penghapusan KRL ekspress, penerapan gerbong
khusus wanita, dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi Kereta Commuter. Proyek
ini dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan
prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta, serta penempatan satuan
keamanan pada tiap gerbong. Saat Stasiun
Tanjung Priok diresmikan kembali setelah dilakukan renovasi total
pada tahun 2009, jalur kereta listrik bertambah menjadi 6, walaupun belum
sepenuhnya beroperasi. Pada Juli 2013, PT KCJ mulai menerapkan sistem tiket
elektronik COMMET (Commuter Electronic Ticketing) dan perubahan sistem
tarif kereta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar