orange

"WEB KA TERBESAR DI INDONESIA"-"UPDATE SETIAP HARI"-"WEB KA TERBESAR DI INDONESIA"-"UPDATE SETIAP HARI"-"WEB KA TERBESAR DI INDONESIA"-"UPDATE SETIAP HARI"-
Tampilkan postingan dengan label STASIUN NON AKTIF. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label STASIUN NON AKTIF. Tampilkan semua postingan

Jelajah jalur Mati Sleman Yogyakarta-Muntilan Part 2 ( Foto lengkap)

     Nah sobat semua, postingan kali ini merupakan sambungan dari postingan sebelumnya. Karena postingan sebelumnya memaut banyak sekali foto dan tidak muat untuk semuanya, maka saya sambugn pada postingan ini. Postingan ini penjelajahan berakhir di jembatan Timur dari Stasiun Muntilan. Sampai bertemu pada postingan selanjutnya yaitu Jelajah jalur Muntilan-Magelang ...



Jelajah Jalur Mati Yogyakarta-Muntilan Part 1 ( Lengkap Dengan Foto)

Selamat pagi sobat semua dan Salam Spoor...!!! pada pagi hari yang berbahagia ini saya akan mengajak sobat semua untuk menjelajahi jalur mati yang ada di Kota Yogyakarta. Pada tahap awal postingan ini, saya akan mengajak sobat untuk melakukan tracking dari titik awal di daerah Sleman lebih tepatnya dari depan Terminal Jombor. Jalur yang akan kitatrackign ini merupakan jalur KA yang dulunya menghubungkan antara Kota Yogyakarta-Muntilan-Magelang-Secang-Temanggung-Parakan-Bedono-Ambarawa yang mana perpisahan(percabangan jalur) terdapat di Stasiun Secang). Jalur yang ada di depan Terminal Jombor merupakan jalur lanjutan percabangan dari Stasiun Tugu Yogyakarta. Dulunya di sisi Barat Stasiun Tugu terdapat tiga buah percabangan jalur rel KA. Selatan menuju arah Stasiun Ngabean, Barat menuju Bandung dan Jakarta, serta Utara menuru arah magelang dan Ambarawa. namun saat ini yang masih aktif adalah jalur yang ke arah Bandung dan Jakarta saja.

Inilah Kondisi Terbaru Dari Bangunan Stasiun Tempel di Sleman Yogyakarta (Foto Terlengkap Dari Berbagai Sudut)

Selamat pagi sobat semua dan Salam Spooor.....!!!!!! Setelah saya mengajak sobat semua untuk jalan-jalan melihat kondisi Stasiun Medari yang saat ini telah beralih fungsi menjadi perpustakaan desa dan pos yandu, maka kini giliran saya akan mengajak sobat untuk kembali jalan-jalan melihat kondisi Stasiun Tempel. Stasiun Tempel merupakan stasiun terminus yang berada di wilayah Yogyakarta, karena setelah stasiun ini akan ada sebuah sungai Krasak yang juga merupakan batas wilayah antara Propinsi DIY dengan Jawa Tengah. Jarak stasiun  ini tidak terlalu jauh dari jalan raya penghubung Magelang-Jogja, dari jalan raya kita hanya cukup berjalan sektiar kuran glebih 100 meter ke arah Selatan. 

       Untuk sampai ke bangunan sendiri aksesnya sangat mudah, karena memang juga terdapat jalan raya yang saya duga dulunya adalah rel kereta api. Jalan tersebut berada tepat di sisi kiri jalan Magelang sebelah Selatan. Dari jalan tersebut nantinya kita akan melihat banyak terdapat batang rel yang dulunya berfungsi sebagai tiang telegraph. Setelah kurang lebih 100 meter kita akan melihat sebuah bangunan yang konstruksinya mirip dengan Stasiun Medari dan tidak jauh berbeda jug adengan stasiun-stasiun mati lainnnya yang berada di Yogyakarta seperti Stasiun Kedundang, Montelan, Bantul, Palbapang.

Inilah Kondisi dan Informasi Terbaru Dari Stasiun Non Aktif Medari di Sleman Yogyakarta (Foto Terlengkap Dari Berbagai Sudut)

Selamat pagi sobat semua dan Salam Spoor....!!!! Pada kesempatan kali ini saya akan mengajak sobat semua untuk bersama-sama jalan-jalan menuju Stasiun Non Aktif Medari. Kunjungan saya kali ini menuju stasiun ini merupakan kunjungan yang masih dalam rangkaian acara jelajah jalur mati Yogyakarta hingga Magelang. Untuk liputan jelajah jalur mati sendiri akan saya tuliskan setelah saya selesai memberikan informasi terbaru terkait dengan stasiun-stasiun mati yang ada di sepanjang jalur Yogyakarta hinggga Magelang. Informasi pertama akan saya bawakan dari Stasiun Medari. Stasiun Medari saat ini kondisinya cukup terawat dengan baik, lokasi untuk mencapai stasiun ini tidak begitu sulit dan dapat dikatakan sangat mudah karena memiliki akses jalan yang mulus dan mudah dijangkau baik dengan kendaraan pribadi maupun dengna angkutan kota seperti bis dll.

        Lokasi stasiun ini saat ini berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk, karena disekitar bangunan stasiun kini sudah banyak berdiri rumah-rumah warga. Kebetulan saat saya mengunjungi stasiun ini saya bertemu dengan salah seorang kakek yang dulunya beliau merupakan pegawai dari PT KAI di tahun 1960-70 an yang saat itu mungkin namanya masih DKA (Djawatan Kereta Api). Beliau bercerita kepada saya bahwa dulunya stasiun ini memiliki tiga jalur utama yang biasa digunakan untuk silangan kereta maupun langsiran. Posisi stasiun sendiri berada diatas permukaan jalur rel tidak seperti saat sekarang ini yang mana tinggi permukaan lantai bangunan stasiun hampir sama rata dengna permukaan sekitarnya.

Inilah Kondisi Terkini Dari Bangunan Bekas Stasiun Palbapang di Bantul, Yogyakarta

       Selamat pagi sobat semua dan Salam Spoor...!!! Pada kesempatan kali ini saya akan mengajak sobat semua untuk jalan-jalan melihat kondisi bangunan yang dulunya merupakan bekas stasiun Palbapang di daerah Bantul, Yogyakarta. Sebenarnya pada hari itu, niatan saya adalah menjelajahi jalr mati yang ada di daerah Bantul hingga ke daerah Brosot. Konon jalur mati kereta api tersebut merupakan jalur kereta yang berada di silayah paling Selatan daerah Yogyakarta. Namun saat saya mencoba mencari informasi lebih jauh lagi mengenai keberadaan jalur mati KA tersebut, sangat disayangkan karena jalur tersebut mati bukan akibat tidak diaktifkan lagi melainkan memang sudah diangkat menuju Burma saat pendudukan Jepang di Indonesia


        Saya sendiri memang tidak dapat menemukan sisa-sisa jejak bekas rel kereta, karena memang besar sekali kemungkinan pasukan Jepang tidak menyisakan satupun dari bantalan ataupun batang rel kereta. Keberadaan stasiun Palbapang sendiri saya ketahui pertama kali saat saya melihat adanya tiang bekas sinyal telegraph yang memiliki dua arah yaitu ke kanan dan ke kiri, yang terletak di perempatan jalan dari arah Bantul menuju Yogyakarta. Saat melihat ke aspal jalan, di sana kit amasih bisa melihat adanya persimpangan atau yang sering disebut sebagai jalur cross antara jalur dari arah Bantul menuju Yogyakarta dan juga jalur dari arah Bantul menuju Brosot.

       Keberadaan tiang telegraph tadi menandakan bahwa dari lokasi tersebut tidak jauh dari bangunan stasiun. Benar saja sobat, setelah saya menghubungin salah satu teman saya Muhammad Shalahuddin yang juga salah satu anggota dari Komunitas Roemah Toea Djogjakarta dirinya membenarkan bahwa tidak jauh dari lokasi tersebut terdapat stasiun paling ujung yang ada di wilayah Bantul yaitu Stasiun Pelbapang. Setelah saya memacu sepeda motor saya menuju lokasi tersebut, saya terkaget, karena bangunan bekas stasiun tersebut terlihat masih utuh dan terawat. Hal tersebut dikarenakan pada lokasi yang dulunya merupakan stasiun tersebut telah beralih fungsi menjadi terminal dan kantor dinas perhubungan.

Inilah Kondisi Stasiun Purworejo Terbaru Saat Ini (Foto Terlengkap Dari Segala Sudut)

Fotografer dan laporan: Haryo Prasodjo dan Naufal Nafi Mohammad

       Selamat pagi sobat semua dan Salam Spoor...!!! Setelah saya membawa sobat semua untuk menjelajahi jalur kereta api yang menghubungkan antara Stasiun Kutoarjo dengan Stasiun Purworejo beberapa waktu lalu. Pada kesempatan kali ini saya akan mengajak sobat semua untuk mengetahui lebih dalam terkait dengan kondisi bangunan Stasiun Purworejo di tahun 2015 ini. Saya sendiri memasuki stasiun ini dari arah Selatan, tepat melalui jalur rel yang memasuki stasiun tersebut. Dari arah Selatan, tampak sinyal pantograf yang meskipun sudah dibalut dengan karat namun masih berdidi kokoh. Melalui arah Selatan juga saya bisa melihat setidaknya hanya terdapat dua buah jalur rel yang ada di stasiun tersebut. Sepertinya jalur tersebut memang digunakan untuk maju dan mundurnya lokomotif yang berdinas menarik rangkaian kereta saat stasiun tersebut masih aktif, yaitu untuk maju dan kembali mundur menuju arah Kutoarjo.

          Kondisi bangunan stasiun tersebut saat ini masih terlihat berdiri kokoh dan terawat dengan baik. Bangunan stasiun sendiri berada di sisi Timur dan terdapat lapangan luas di bagian sisi Baratnya. Pada bagian Selatan setelah sinyal masuk juga terdapat tandon tangki tempat penyimpanan air yang saya rasa dulunya berfungsi untuk mengisi air untuk operasional lokomotif uap. Seiring berjalannya waktu, meskipun masih berdiri kokoh namun tangki tersebut sudah mulai berkarat. Kembali pada bagian Barat stasiun yang terdapat lapangan yang luas, saya rasa dulunya tanah lapang yang masih menjadi aset milik KAI tersebut merupakan bekas jalur rel di Stasiun Purworejo saat masih beroperasi.

          Ada hal yang menarik di stasiun ini, yaitu pada masa peralihan saat pendudukan Belanda dan Jepang di Indonesia, stasiun ini merupakan stasiun yang juga melayani relasi antara Kutoarjo hingga menuju Magelang, Secang, Temanggung, hingga Ambarawa. Informasi tersebut saya dapatkan dari teman saya Naufal Nafi Mohammad yang kebetulan pada hari itu bertugas sebagai fotografer kami. Naufal bercerita bahwa pada masa peralihan dulu, saat kakeknya dikejar-kejar oleh tentara. Kakeknya melakukan pelarian menuju Magelang dengan menggunakan kereta api dari Stasiun Purworejo. Seiring dengan berjalannya waktu, stasiun tersebut kini menjadi stasiun terminus untuk wilayah kawa tengah di bagian Utara. Fakta unik lainnya yang dapat saya temukan dari stasiun ini adalah, bangunannya yang besar dan megah membuat saya menduga-duga bahwa stasiun ini dulunya merupakan stasiun kelas 1.

Inilah Kondisi Stasiun Mati Kalasan Yang Ada di Yogyakarta

          Selamat pagi sobat semua dan Salam Spoor..!!! Semoga pada pagi hari ini sobat semua selalu dalam keadaan sehat dan juga bersemangat untuk menjalani berbagia macam aktifitas yang ada di hari ini. Pada tulisan kali ini saya akan mengajak sobat pengunjung setia Dipo Lokomotif Mojosari untuk bersama-sama menengok keadaan Stasiun Kalasan yang ada di Daop 6 Yogyakarta. Pada pagi hari itu saya sudah siap untuk meluncuk menuju berbagai macam lokasi yang ada di sebelah Timur dari Kota Yogyakarta. Persiapan itu sendiri sudah saya persiapkan sekitar tiga hari sebelumnya, hal ini karena saya sedikit penasaran dengan tiber yang ada di daerah Brambanan. Maka pada pagi hari itu tepat pada jam 5 pagi setelah shola tsubuh saya mandi dan memacuk motor saya menyusuri jalur Yogyakarta-Solo untuk dapat memantau jalur rel yang ada di sana. 

 Bangunan stasiun tampak dari depan bagian dalam

       Setelah saya mengunjungi berbagai macam spot yang ada di sana, sampailah saya pada Stasiun mati Kalasan yang berada tidak jauh dari Candi Kalasan.  Ketika tiba dijalan yang akan menuju ke stasiun tersebut saya melihat ada satu buah pohon bringin, disana terdapat banyak sekali tergeletak besi-besi tua bekas tiang penyanga kawat sinyal, tiang sinyal, besi bekas bantalan rel, dan jug aterdapt besi bekas jembatan. Secara arsitektur, bangunan stasiun ini berbeda dengan bangunan stasiun mati seperti Kedundang dan Montelan. Bangunan stasiun ini terlihat seperti bukan bangunan pada tahun yang sama dengan Stasiun Kedundang. Meskipun demikian yang membuat saya kaget adalah, meskipun beberapa asbes atapnya berlubang ternyata stasiun ini masih terawat. Saya melihat lantainya selalu bersih mengkilap, dan juga bangunan fisik tampak bersih terawat.

Lantainya bersih mengkilap
          Setelah saya mencoba bertanya pada teman-teman lainnya, ternyata memang terdapat seseorang yang secara rutin membersihkan bangunan tersebut. Pada bagian Baratny amasih terdapt bangunan yang berfungsi sebagia rumah genset yan gmasih aktif. Pada bagian Timurnya, saya melihat terdapat sebuah gudang tua yang sudah tidak terpakai. Bahkan jalur rel yang ada di jalur tersebut sudah tidak lagi terlihat meskipun masih terlihat besi rel sebagai tanda akhir dari jalur. Pada beberapa sisi lantai stasiun, masih terlihat lubang yang sebelumnya digunakan untuk kawat sinyal dan wesel dari ruang PPKA yang sudah tidak terpakai.

Inilah Keadaan Stasiun Non Aktif Kedundang di tahun 2015

        Selamat pagi sobat semua dan Salam Spoor...!!!! Semoga pada pagi hari yang berbahagia ini sobat semua selalu dalam keadaan sehat dan juga bersemangat untuk menjalani berbagai macam aktifitas dan kesibukan yang ada di hari ini. Pada kesempatan kali ini saya akan mengajak sobat semua untuk jalan-jalan mengunjungi Stasiun Kedundang. Stasiun kereta api ini sendiri sebenarnya merupakan stasiun kereta api dengna status non aktif. Berada di Kecamatan Temon, Kulon Progo Yogyakarta, stasiun ini menjadi stasiun yang berada di sebelah paling Barat dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Status non aktif dari stasiun in diberikana pada tahun 2007 saat jalur ganda Yogyakarta-Kutoarjo diaktifkan. 


          Sama seperti dengan Stasiun Montelan, stasiun Kedundang sebelumnya juga merupakan stasiun yang digunakan sebagai stasiun silangan antar kereta api yang melintas. Karena pengaktifan jalur ganda tadi maka secara otomatis sidah tidak akan pernah terjadi keadaans saling tunggu untuk saling bersilangan kereta api. Saat ini, kondisinya sangat memprihatinkan, di sektiar bangunan stasiun sudah ditumbuhi oleh rerumputan dan semak-semak yang tinggi. Selain itu, atap bangunan sudah terlihat berlubang di beberapa tempat akibat lemparan batu. Selain itu, pada dinding-dinding stasiun juga terlihat beberapa coretan gambar ataupun tulisan.
Untuk akses menuju stasiun ini cukup sulit, karena memang sudah tidak lagi terlihat jalan akses masuk menuju bangunan stasiun ini dari jalan utama.

 
        Saat mengunjungi stasiun ini pertama kalinya, bahkan saya harus blusukan masuk ke jalan desa dan tembus di bangunan paling belakang rumah dinas. Jalan akses termudah untuk menuju stasiun ini harus melalui jalan depan bangunan stasiun dan masuk melalui jalan depan stasiun. Oh iya sobat sebelum saya lupa untuk yang satu ini, selain bangunan utama stasiun, di sekitar stasiun juga masih terlihat bangunan yang sebelumnya digunakan sebagai rumah dinas dan juga rumah genset yang masih berdiri kokoh tidak terawat.

Stasiun Non Aktif Montelan

     Selamat pagi sobat semua dan Salam Spoor...!!! Semoga pada pagi hari yang berbahagia ini sobat semua selalu dalam keadaan sehat dan juga bersemangat untuk menjalani berbagai macam aktifitas yang ada di hari ini. Pada kesempatan kali ini saya akan mengajak sobat semua untuk jalan-jalan mengunjungi Stasiun Montelan yang berada di paling ujung dari Daop 6 Yogyakarta. Stasiun ini merupakan stasiun yang menjadi stasiun akhir dari Daop 6 di wilayah paling Barat. Stasiun Montelan sendiri merupakan stasiun yang sudah tidak aktif lagi. Stasiun ini ditutup sekitar tahun 2007 sejalan dengan dibukanya jalur ganda yang menghubungkan Yogyakarta-Kutoarjo. Setidaknya pada tahun tersebut terdapat dua stasiun di sebelah Barat yang dinonaktifkan, yaitu Stasiun Kedundang dan satu lagi adalah Stasiun Montelan. 


            Sama seperti Stasiun Kedundang, nasib dari stasiun Montelan ini juga sudah terbengkalai. Namun jika dilihat dari keutuhan, stasiun ini terlihat lebih terawat dibandingkan dengan Stasiun Kedundang. Meskipun demikian, terlihat semak belukar dan tingginya rerumputan yang mengelilingi bangunan stasiun. Jika dilihat dari model bangunan stasiun, stasiun ini saya perkirakan juga merupakans tasiun yang dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Hal itu dapat saya lihat dari tulisan yang terdapat pada pintu toilet stasiun yang masih menggunakan bahasa Belanda. Sebelum ditutup, sepertinya stasiun ini memiliki tiga jalur rel sebagai tempat langsiran kereta api. Namun setelah ditutup, stasiun ini hanya memiliki dua rel ganda saja, karena memang sudah tidak terdapat langsiran kereta api yang menunggu silangan.

         Untuk akses ke lokasi stasiun cukup mudah dijangakau, lokasi stasiun ini berada sekitar 5 kilometer dari jalan propinsi yang menghubungakn Kutoarjo-Yogyakarta. Namun dari jalan raya, cukup mudah dijangkau karena masih terlihat ada rumah yang berpenghuni di belakang stasiun. Keadaan ini jauh berbeda saat saya mengunjungi Stasiun Kedundang yang mana sudah tidak terlihat lagi akses jalan yang menuju stasiun. Untuk lokasi hunting foto kereta api, lokasi yang ada di stasiun ini hanya menyajikan spot track jalur lurus saja. Meskipun demikian,bagi teman-teman yang senang dengan jelajah jalur mati ataupun berburu rangkaian kereta api dengan latar stasiun mati, stasiun yang satu ini bisa menjadi salah satu tujuan sobat semua.

Inilah Kondisi Terbaru Dari Stasiun Non Aktif Batang Lama

      Selamat pagi sobat spoor semua, dan salam Spoor...!!! Semoga pada hari ini seobat semua masih dalam keadaaan sehat wal afiyat dan tetap bersemangat menjalani berbagai aktifitas hari ini. Meskipun diluar sana sedang pada ribut mengenai pemilu, kita sebagai pecinta kereta api, saya harapkan untuk tetap tenang dan damai. Serta terus menjaga persatuandan kesatuan kereta api.... Ups eh,,  maksudnya kesatuan negara Republik Indonesia. Pada postingan kli ini saya akan mengajak teman-teman semua untuk jalan-jalan melihat Stasiun Batang Lama yang sudah tidak lagi beroprasi.

 tampak bangunan stasiun dari depan jalan raya

    Kebetulan beberapa hari yanbg lalu saya berkesempatan untuk bermain ke rumah Ibu Negara Dipo Mojosari di Kota Batang. Maka kesempatan tersebut juga saya gunakan untuk sekalian jalan-jalanmelihat Stasiun Batang. Dan ternyata saya baru tahu kalau stasiun yang terletak di deretan Pasar Senggol ini sudah tidak aktif dan kosong. Stasiun ini disebut juga dengan nama Stasiun Senggol, entah mengapa disebut dengan Stasiun Senggol. Yang jelas, meskipun saat beroprasi dulu, jumlah penumpang yang turun di stasiun ini sangat sedikit karena para penumpang lebih memilih untuk naik dan turun di Stasiun Pekalongan yanbg jauh lebih besar.

 Hanya tersisa dua rel yang melintas

     Saat ini, bangunannya telah tampak tidak terawat karena sudah tidak lagi digunakan untuk persilangan ataupun langsiran kereta api. Meskipun catnya tampak baru, namun terlihat bercak-bercak cokelat bekas sisa kotoran dari kelelawar yang hampir menutupi semua lantai tasiun. Stasiun ini terletak dekat sekali dengan Pasar Batang. Jika dari arah Timur maka stasiun ini berada di sebelah kanan kita. Karena Stasiun ini dekat dengan laut juga.Saat saya mencoba mengintip ke dalam stasiun ruang PPKA, nampak masih ada kursi yang diletakkan di atas meja. Pada awalnya stasiun ini memiliki sekitar 4 jalur rel. Namun setelah ditutup hanya tersisa dua jalur rel ganda pantura. 

Jelajah Jalur Mati Kereta Api Mojokerto-Mojosari

        Pada tulisan kali ini saya akan mengajak semua teman-teman pengunjung setia Dipo Lokomotif Mojosari untuk sama-sama menjelajahi jalur mati yang berada di Kota Mojokerto. Untuk lokasi kali ini saya akan mengajak teman semua menelusuri jalur mati dari Mojokerto menuju Mojosari. Entah pada tahun berapa jalur ini mulai di non aktifkan. Jika merujuk pada cerita bapak saya, dahulu semenjak beliau masih anak-anak masih ada kereta api yang melintasi jalur ini untuk membawa calon-calon pilisi dari sekolah polisi yang ada di Bangsal menuju ke Watu Kosek. Dan sekitar tahun 1995 saat saya masih kecil, saya sering main di lokasi sekitar rel, namun sayangnya di tahun 2014 saat ini sudah sedikit sekali rel-rel yang tersisa dan terlihat.




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...