Stasiun Semut kini menjadi monumen kegagalan Surabaya mempertahankan
warisan sejarah. Taukah anda jika wajah stasiun ini pernah berubah tiga
kali.
Gambar 1: Wujud bangunan Stasiun Semut pertama
Bangunan stasiun itu sesungguhnya telah wafat setelah percobaan
pembongkaran yang gagal 2003 silam. Padahal Bangunan ini begitu gagah
dan kisahnya sungguh fenomenal, menjadi saksi sejarah lahirnya peradaban
transportasi keretaapi di negeri jajahan. Ketika
lokomotif hitam tiba di Hindia Belanda 130 tahun silam, saat suaranya
mendengus-dengus, deritnya, dan uap yang menyembur-nyembur dari
cerobong, sejak saat itulah Stasiun Semut mulai hadirInilah stasiun
pertama di Jawa Timur dan stasiun keretaapi ketiga di Hindia Belanda.
Relnya tidak nyambung dengan stasiun manapun ketika pertama dibangun.
Semula
bernama Station Spoorwegen en Stoomtram Soerabaja. Namun sejak awal
dibangun sampai saat ini lidah pribumi lebih akrab menyebut Stasiun
Semut karena lokasinya di Kampung Semut.Gagasan pembangunnya muncul
sejak Belanda mulai memikirkan modernisasi transportasi menyusul
kebijakan politik pintu terbuka pada akhir abad XIX. Undang-undang
tertanggal 6 April 1875 dalam Staatsblad No 141. Di
dalamnya memutuskan untuk membangun jaringan jalur kereta di trans Jawa
dengan biaya pemerintah dengan nama perusahaan Staats Spoorweg
(SS).Pulau Jawa memiliki sejarah yang panjang perkeretaapian dan
merupakan salah satu jaringan terlengkap dan tertua di Asia.
Gambar 2: Hasil renovasi pertama
Jaringan
jalan kereta api di Jawa dibangun antara tahun 1870 sampai dengan tahun
1920.Di Surabaya, pemerintah memilih sebuah lahan kosong di pinggir
selatan kota. Bekas rawa sisa luar benteng yang diambrukkan pada tahun
1871.Pada 1875 dimulailah pembangunan stasiun ini sekaligus rel yang
memanjang Surabaya-Pasuruan. Jangka berikutnya melanjutkan
rel ke Malang Tujuannya untuk memudahkan angkutan hasil bumi dan
perkebunan dari daerah pedalaman Jatim. Butuh tiga tahun untuk membangun
gedung stasiun plus alat ‘navigasi’ yang canggih.Lihatlah foto pertama.
Itulah bangunan pertama stasiun Semut. Langgam neoklasik yang lagi
tren di akhir abad 19. Simetris satu pintu utama dan diapit bangunan
berkolom mirip berpintu masing masing lima lubang.
Ini
arsitektur paling modern karena trend pilar dibuat variasi mirip pintu.
Bagian depannya masih jalan tanah. Belum ada listrik sehingga
penerangannya menggunakan lampu minyak. Foto ini diambil tahun 1880
ketika awal awal teknologi fotografi lahir.Peresmiannya dilakukan oleh
Yang Mulia Gubernur Jenderal JW Van Lasberge tahun 1878, bertepatan
dengan dibukanya jalur Surabaya-Pasuruan. Saat itu jalur Surabaya-Pasuruan dianggap sangat penting lantaran di hulu mulai tumbuh banyak perkebunan. Surabaya-Pasuruan
adalah jalur keretaapi ketiga di Hindia, yang ketiga 1871. Yang pertama
adalah jalur Semarang-Kedung Jati, kemudian pada tahun 1873 disusul
Batavia-Buitenzorg (Jakarta-Bogor).
Gambar 3: Renovasi ketiga foto tahun 1924
Perkembangan
penumpang di Stasiun Semut ternyata sungguh pesat. Renovasi itu tidak
pernah tercatat tahunnya. Termasuk catatan foto kedua ini. Foto hasil
renovasi. Namun Saya berpedoman pada jalur tram yang ada di depan
bangunan ini. Ini adalah rute tram Bibis – Kalimas dibangun tahun 1889.
Berarti foto ini dijepret sekitar pertengahan tahun 1890an. Sebab masa
itu belum ada aspal. Sementara aspal baru dikenal tahun 1920an di
Surabaya.
Tidak lama, bangunan ini dirombak lagi oleh
arsitek C.W. Koch, insinyur utama dari maskapai kereta api negeri SS.
Dibangun oleh maskapai pembangunan HBM dari Belanda. Pada 11 November
1911, bangunan renovasi terakhir ini diresmikan.Apa alasan renovasi
terakhir itu? Tidak ada yang tahu. Tampaknya bangunan ini dianggap
ketinggalan jaman. Pintunya menjadi dua. Sebelah timur
untuk keberangkatan, sebelah barat untuk kedatangan . Komposisi yang
bertahan hingga akhir hayat gedung ini pertengahan 1990an.Di luar alasan
ketinggalan jaman, tampaknya renovasi kedua hanya buang buang uang.
Karena toh tidak memperluas bangunan. Tampak depan seperti dirombak
total. Lihatlah jumlah kolom lengkung berbentuk pintu di dua
sayap.Semula Masing masing jumlahnya lima.
Gambar 4: Foto tahun 1955
Namun
setelah direnovasi menjadi delapan dan justru berada di senter di tengah
bangunan. Bangunan untuk pintu menjadi dua di sayap semula menjorok
menjadi hampir lurus dengan dinding depan berkolom itu. Jika
kelak stasiun ini benar-benar hancur dan dibangun dengan wajah baru
lagi. Tunggu 100 tahun kemudian. Bakal menambah panjang catatan ini
untuk sejarah stasiun legendaris itu.
Sumber tulisan: Tulisan artikel ini juga bisa sobat dapatkan dari Sawoong, Soerabaia oenja Gaia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar