Saya rasa jika saya membahas
dalam tulisan ini mengenai bagaimana sistem pelayanan ataupun fasilitas kereta api baik penumpang
maupun barang hingga stasiun, SDM, dan keselamatan perjalanan tidak akan tepat,
karena saya yakin jika PT KAI memiliki orang-orang yang sangat kompeten dalam
hal tersebut. Komitmen tersebut (kualitas pelayanan) terus dijalankan oleh PT
KAI dalam beberapa tahun terakhir dan dibuktikan dengan beberapa penghargaan
yang diraih oleh PT KAI dalam BUMN Award
sebagai perusahaan BUMN terbaik dalam berbagai aspek layanan dan inovasi. Salah
satu topik yang ingin saya sampaikan sebagai ide dan harapan saya bagi kereta
api Indonesia di masa yang akan datag adalah, agar kereta api tetap menjadi primadona
transportasi sekaligus sebagai sumber perjalanan sejarah dari masyarakat Indonesia.
Kereta api merupakan aset penting
bagi negara Indonesia, kereta api tidak hanya sebuah alat moda transportasi,
lebih dari itu, kereta api adalah sebuah saksi hidup dari perjalanan dan kisah
sejarah negara Indonesia. Setidaknya terdapat beberapa ide, yang mana setiap
ide berkaitan erat dengan ‘sejarah’. Ide
sederhana pertama adalah, menjaga
livery setiap kereta pada livery aslinya yang merepresentasikan setiap masa
perusahaan. Misalkan setiap gerbong dan
lokomotif, memiliki livery asli yang pernah digunakan dari masa DKA 1953 sampai
dengan PT KAI Persero (saat ini). Hal tersebut menjadikan kereta api bukan lagi
sekedar alat transportasi namun juga sebagai ‘mesin waktu’ bagi masyarakat yang
ingin bernostalgia merasakan pengalaman masa lalu, saat masih anak-anak.
kedua
adalah, adanya perjalanan kereta wisata. Kereta wisata yang saya maksud disini
bukanlah ‘kereta wisata’ seperti yang kita lihat seperti sekarang ini (kereta
Priority, Imperial, Nusantara, Bali, Toraja). Kereta wisata yang saya maksud
disini adalah, perjalanan kereta yang memang benar-benar untuk wisata, bukan
sebagai perjalanan kereta regular. Seperti yang saya ungkapkan sebelumnya,
perjalanan ini bukan hanya perjalanan wisata, tapi perjalanan wisata nostalgia,
tidak menggunakan rangkaian kereta pada umumnya, namun bisa ‘kembali
menghidupkan’ kereta yang ada di museum untuk kembali turun di atas lintasan
rel. Paling tidak jika kereta yang ada di museum tidak lagi memungkinkan, PT
KAI dapat memesan di Industri kereta Api ( INKA) kereta replika yang menyerupai kereta masa lalu
dengan menggunakan lokomotif uap bertenaga diesel.
ketiga adalah, sebuah ide agar gebyar ulang tahun kereta api
Indonesia dapat dirayakan dan dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Ide ini berkaitan
dengan dua ide sebelumnya, jika selama ini PT KAI hanya memberikan promo tiket
(hampir untuk banyak event), saya rasa hal tersebut sudah sangat mainstream
sekali, bahkan tiket promo kereta api bisa kita jumpai empat sampai lima kali
dalam satu tahun. Tentu penjualan tiket promo tidak lagi menjadi daya tarik
bagi masyarakat, karena hanya akan menarik bagi para penikmat dan pecinta
kereta api saja seperti halnya railfans. Hal itupun hanya bisa dinikmati bagi
mereka yang memiliki uang dan waktu pastinya. Oleh karena itu, terkait dengan
ide saya yang ketiga ini, ada baiknya PT KAI segera mereaktivasi (atau membuat
replika hidup) beberapa lokomotif uap tempoe doeloe yang memiliki ikatan dan
kenangan sejarah dengan perjalanan perusahaan ataupun kereta api itu sendiri.
Misalkan dalam setiap tahun, hanya akan dijalankan satu kali perjalanan kereta
api bersejarah dengan menggunakan rangkaian lawas dan lokomotif uap dari
Jakarta ke Surabaya (ex; Eendaagsche Expres) yang berjalan disiang hari, atau dalam
melakukan napak tilas perjalanan kereta yang sudah lama beroperasi (seperti KA
Badrasurya cikal bakal KA Pasundan, ataupun KA Purbaya sebelum digantikan oleh
Logawa) dengan menggunakan livery lama pastinya. Yang mana, menggunakan sistem
penjualan terbatas untuk tiket kereta api tersebut.
Ide selanjutnya yang masih
berkaitan adalah mengenai reaktivasi jalur-jalur non aktif miliki PT KAI yang
ada di beberapa wilayah di Indonesia, khsususnya di pulau Jawa dan Sumatera.
Beberapa jalur tersebut saat ini memiliki potensi yang dapat diberdayakan oleh
PT KAI sebagai jalur penghubung antar kota yang lebih efisien bagi angkutan
orang maupun barang. Seperti contoh jalur potong yang menghubungkan antara
Mojokerto dengan Pasuruan via Mojosari tanpa melewati Sidoarjo. Belum lagi
jalur-jalur lainnya yang berada di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat yang juga
memiliki potensi serupa. Mengapa hal tersebut saya rasa penting? Karena seiring
dengan pertumbuhan laju penduduk dan perekonomian masyarakat Indonesia, maka
penggunaan lahan kosong akan menjadi suatu hal yang penting. Kurangnya
kesadaran dari masyarakat kita, menyebabkan banyaknya penyalahgunaan lahan PT
KAI untuk kepentingan umum dan pribadi. Beberapa kali saya melakukan tracking
jalur non aktif, saya menemukan terdapat beberapa lahan yang digunakan untuk
masjid, pasar, hingga untuk pondok pesantren (jalur
Ambarawa-Secang-Magelang-Yogyakarta). Apa lagi jalur tersebut memiliki potensi
sebagai jalur penghubung dengan beberapa lokasi strategis dengan destinasi
wisata seperti candi Borobudur.
Empat hal tersebut memiliki
saling keterkaitan dalam hubungannya dengan melihat potensi kereta api selain
sebagai moda transportasi regular. PT KAI dapat menjual nilai sejarah dan nilai
wisata yang ada disana, sehingga ‘kereta wisata’ akan menjadi kereta wisata
sesungguhnya. Selain untuk memberdayakan potensi, beberapa hal tersebut juga
memiliki nilai ekonomis dan dapat menarik bagi wisatawan asing untuk lebih
memilih kereta api sebagai alat transportasi sekaligus menikmati pesona alam
Indonesia sepanjang perjalanan. Semoga ide sederhana ini dapat menjadi bahan
pertimbangan dan masukan bagi kemajuan kereta api Indonesia di masa mendatang. Jaya Selalu Kereta Api Indonesia!!!
(tulisan ini merupakan tulisan untuk lomba karya tulis KAI di masa mendatang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar