orange

"WEB KA TERBESAR DI INDONESIA"-"UPDATE SETIAP HARI"-"WEB KA TERBESAR DI INDONESIA"-"UPDATE SETIAP HARI"-"WEB KA TERBESAR DI INDONESIA"-"UPDATE SETIAP HARI"-

Sejarah Panjang Lahirnya Kereta Rel Listrik Tercanggih Buatan Anak Bangsa, dari Jakarta sampai Yogyakarta

KRL-I pertama buatan INKA (foto: east java com)
Tahun 2001, merupakan tahun bersejarah bagi perkeretaapian nasional. Untuk pertama kalinya dalam sejarah pereketaapian nasional, Indonesia mampu secara mandiri merakit kereta rel listrik buatan dalam negeri. Berbeda dengan KRL sebelumnya yang pernah dibuat oleh INKA (BN-Holce, Bombardier, dan Hitachi), KRL yang kemudian memiliki seri KRL-I ini, secara keseluruhan seperti desain dasar, sistem kelistrikan, dan sistem mesin merupakan buatan dalam negeri (KRL sebelumnya yang pernah dibuat INKA kesemuanya baik dari desain dasar, sistem mesin dan kelistrikan dari luar negeri seperti Korea Selatan, Eropa, dan Jepang). KRL dengan teknologi Variable Voltage Variable Frequency–Insulated Gate Bipolar Transistor (VVVF-IGBT), merupakan produk KRL AC pertama PT INKA dan menjadikannya sebagai rangkaian purwarupa (prototipe). Desain ini kemudian dikembangkan oleh PT INKA dan menjadi acuan dalam pengembangan produk KRL generasi selanjutnya, yaitu KfW (KRL i9000) yang hadir 10 tahun setelahnya. KRL-I sendiri dikembangkan melalui kerjasama antara PT INKA, PT. LEN Industri, dan PT Pindad. 

Dikarenakan KRL-I sendiri merupakan produk purwarupa, maka populasi dari KRL ini tidak banyak, dimana INKA hanya membuat KRL ini sebanyak 2 set kereta, yang masing-masing set terdiri dari 4 kereta. Sehingga total unit yang dibuat untuk KRL-I adalah 8 unit kereta. Produk KRL-I dapat dikatakan sebagai sebuah produk dari hasil persilangan teknologi perkeretaapian antara Jepang dan Eropa. Sebagaimana beberapa komponen yang disematkan pada produk KRL ini, merupakan produk dari pabrikan Toshiba. Dari segi desain sendiri, KRL ini merupakan gabungan antara ciri khas kereta Eropa dan Jepang. Dimana bodi kereta yang menggunakan bahan stainless steel khas KRL di Jepang, dan bentuk bagian kepala dari kabin kereta yang menyerupai KRL di Eropa.

Kehadiran dua set KRL ini tidak terlepas dari peran penting PT KAI, serta Departemen Perhubungan, yang telah memesan kedua set kereta tersebut dengan nilai kontrak sebesar Rp 51 miliar. Ide awal pembuatan KRL-I sendiri, telah ada sejak tahun 1997, saat PT INKA meluncurkan produk legendarisnya, yang dikenal dengan Argo Bromo Anggrek. Namun demikian, ide tersebut baru terealisasi dua tahun kemudian, di tahun 1999. Lama pembuatan rangkaian kereta sendiri memakan waktu kurang lebih dua tahun, yaitu dari bulan September tahun 1999 sampai dengan bulan September 2001. Beberapa inovasi dari teknologi terbaru pada masa itu disematkan pada KRL ini, dimana pada kabin penumpang sudah terdapat layar display untuk menginformasikan stasiun yang disinggahi oleh kereta serta layar display pada bagian depan kereta, yang menunjukkan rute kereta.

Pada bulan Desember tahun 2001, rangkaian KRL-I melakukan uji coba perdanya. Dalam uji coba tersebut, didapatkan permasalahan seperti kebocoran apda pipa udara, dan juga gangguan pada sistem kelistrikan yang mengakibatkan pemadaman arus listrik pada rangkaian ketika dilakukan regenerative braking. Regenerative brakingYaitu sebuah mekanisme pengereman dengan cara pemulihan energi yang memperlambat laju kereta untuk begerak dengan mengubah energi kinetiknya menjadi energi yang dapat disimpan.Meski demikian, teknologi pada regenerative braking dinilai lebih efisien dan dapat memperpanjang umur sistem pengereman secara keseluruhan karena komponen mekanik yang tidak cepat aus. Namun permasalahan pada regenarive braking pada rangkaian KRLI-I lebih disebabakan karena melonjaknya tegangan arus listrik dari batas toleransi yang mampu ditampung oleh sistem pengereman kereta, imbasnya adalah sistem pengereman mengalami over voltage, dan merusak bagian over valtage protection device (OVPD) pada kereta. Uji coba KRL-I ini sendiri dilakukan pada rute Jakarta Kota-Bogor yang dilakukan berkali-kali. Bahkan sebuah treath di Kaskus menceritakan, KRL-I juga masih melakukan uji coba sampai dengan pukul 21.15 WIB, dan terlihat beberapa teknisi yang terlibat dalam uji coba tersebut kelelahan dan tertidur di dalam rangkaian ketika mengikuti uji coba.

Pada tanggal 17 Februari 2003, untuk pertama kalinya, rangkaian dari KRL-I train set pertama menjalankan debut perdananya sebagai KRL Serpong Ekspres dengan rute Serpong-Tanah Abang-Manggarai PP. Satu bulan setelahnya pada tanggal 16 Maret 2003, giliran train set kedua menjalankan debut perdananya sebagai KRl Bogor Ekspres dengan rute Bogor-Tanah Abang PP. Empat tahun setelah perjalanan perdananya, pada tanggal 30 November tahun 2007, KRL-I beralih fungsi sebagai KRL Ekonomi AC lingkar Ciliwung (Ciliwung Blue Line) dengan rute Manggarai-Tanah Abang-Kampung Bandan-Pasarsenen-Jatinegara-Manggarai PP. Pada tahun 2014 silam, kedua train set dari KRL-I harus menghakiri tapak roda bajanya pada lintas Jabodetabek, dan menuju peristirahatan terakhirnya di Stasiun Cikaum. Dengan demikian, berakhirlah sudah masa bakti dari KRL-I dan digantikan oleh KRL-I generasi selanjutnya yang dikenal dengan KfW.

Sejarah Lahirnya KRL Indonesia Generasi Kedua

Tahun 2011, perkeretaapian Indonesia kembali mengulang catatan bersejarah, dimana pada tahun tersebut, PT INKA bekerjasama dengan Bombardier Transportation menghadirkan generasi terbaru Kereta Rel Listrik (KRL) buatan Indonesia dengan seri KRL INKA EA202, atau yang lebih dikenal dengan sebutan KRL i9000 KfW. Kehadiran KRL ini tidak terlepas dari peran Pemerintah Indonesia, dimana melalui Kementerian Perhubungan Indonesia yang disponsori oleh Kreditanstalt für Wiederaufbau (Bank Pembangunan Jerman), sebuah bank milik Pemerintah Federal Jerman, dengan bantuan dana sekitar €32 juta untuk menghadirkan KRL-I generasi kedua ini. Kementrian Perhubungan sendiri memesan sebanyak 10 set KRL, dimana setiap set terdiri dari 10 kereta. Sehingga, total dari jumlah rangkaian yang dipesan oleh Kementiran Perhubungan dari INKA adalah sebanyak 40 unit KRL. Meski secara konten 70% sampai dengan 75% seperti desain body, sistem kelistrikan, dan desain interior dikerjakan oleh INKA dan menggunakan konten dalam negeri, bagian dari motor traksi, gear box, serta sistem kendali masih menggunakan produk yang dipasok oleh Bombardier. Untuk harga dari KRL ini sendiri, dibanderol dengan harga sebesar Rp 48 miliar untuk satu setnya (4 kereta), yang artinya setiap unit kereta seharga Rp 12 miliar. Sama seperti pendahulunya, KRL-I generasi pertama, KRL seri KfW ini sendiri juga disematkan dengan teknologi VVVF-IGBT dengan inverter VVVF buatan Bombardier dengan tipe MITRAC 1100. Untuk motor traksi sendiri, KfW buatan IKA memiliki daya 200 kilowatt, dan terdapat sebanyak 8 unit motor traksi, dimana setiap satu unit motor traksi terdapat pada setiap per as roda kereta motor, sehingga daya total motor traksi adalah 1600 kilowatt di setiap rangkaian KRL KfW.

Untuk penomoran kereta sediri, KRL KfW menggunakan penomoran kereta kelas 3, hal tersebut dikarekakan aturan kementrian bahwa Kementrian Perhubungan melalui Direktorat Jendral Perkereaapian anya diperbolehkan melakukan pengadaan sarana layanan kelas ekonomi. Maka dari itu, ke-40 kereta KfW buatan INKA tersebut, didaftarkan sebagai KRL layanan kelas ekonomi. Selain itu, meski KRL KfW ini mulai dibuat di tahun 2010, namun KRL ini hadir dengan penomoran K3 1 11 01 sapai dengan K3 1 11 40. Dalam pengoprasiannya sendiri KfW sendiri, diperuntukkan oleh Kementrian Perhubungan untuk menggantikan KRL ekonomi yang sudah tidak layak jalan dan menambah jumlah armada KRL yang beroperasi di Jabdetabek. Sehingga akan ditarik secara bertahap pengoprasiannya dan digantikan dengan KRL buatan INKA. Sehingga, ditargetkan pada 1 Juli 2013, tidak ada lagi kereta ekonomi non AC yang beroperasi di lintas Jabodetabek. Sebelum dioperasikan sebagai KRL dengan perjalanan reguler, KfW terlebih dahulu menjalani masa uji coba peneysuaian dengan lintas yang ada di Jabodetabek, serta uji sertifikasi dari Kementrian Perhubungan. KRL KfW ini diperuntukkan untuk menambah jumlah armada KRL yang beroperasi di Jakarta, bukan untuk menggantikan KRL yang sudah ada.

Keunggulan dari KRL KfW ini adalah kereta mampu bertahan ketika menghadapi turun naiknya tegangan listrik yang tidak stabil. Dimana, kejadian seperti itu, sering ditemui pada jam-jam padat, seperti pada pagi hari saat orang-orang pergi ke kantor, atuapun pada sore hari ketika orang-orang pulang dari kantor. Teknologi tersebut tidak ditemukan pada rangkaian KRL bekas dari Jepang. Dalam sekali jalan, satu kereta mampu mengangkut 157 kapasitas penumpang, sehingga satu rangkaian dari KfW mampu untuk mengangkut sampai dengan kapasitas 628 penumpang. Berbeda dengan generasi KRL-I pertama, pada bagian muka kabin masinis, desainnya dipenuhi dengan 12 buah lampu, baik lampu semboyan maupun lampu sorot utama. Pada bagian kabin terdapat sebuah mikrofon di bagian sisi kiri kemudi bagian ruang masinis. Untuk bagian kursi penumpang sendiri, sudah berbeda dengan generasi KRL-I pertama. Jika KRL-I pertama pada bagian kursi masih menggunakan bahan plastik fiber, maka pada KRL KfW sudah menggunakan sofa empuk untuk memanjakan para penumpang. Selain itu, untuk para penumpang yang berdiri, diberikan handle grip dengan logo INKA di bagian tengahnya. Terdapat juga sebuah layar display, yang menunjukkan posisi kereta secara real time.

Masa Uji Coba KRL KfW di Lintas Jabodetabek

Secara teknis, KRL KfW ini sendiri, untuk pertama kalinya dilakukan di tahun 2011, setelah selesai pembuatannya. Uji coba sendiri dilakukan langsung pada lintas Jabodetabek. Meski demikian, rangkaian KRL KfW ini, baru digunakan dua tahun kemudian, di tahun 2013. Dimana pada hari Rabu tanggal 30 Januari 2013, PT INKA melakukan uji coba dinamis ulang, pada rangkaian KRL KfW set ke-7 dan ke-8 dengan menempuh rute dari Depok-Manggarai-Jakarta Kota dengan penomoran KLB AL/236. Senin tanggal 18 Februari 2013, KRL KfW menjalani uji coba, sehari sebelum pada Selasa 19 Februari 2013 menjadi perjalanan perdananya.

Uji coba dengan beban penumpang sendiri, dijadwalkan dilakukan selama 7 hari, dimulai pada tanggal 19 Februari 2013 dengan rute Tangerang-Duri. Uji coba selanjutnya akan dilakukan pada tanggal 27 Februari 2013 dengan rute Tanah Abang-Serpong, uji coba tersebut untuk bertujuan untuk mengetahui performa kereta pada lintasan yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dimana kehandalan sarana KRL harus sesuai dengan kondisi kelistrikan di lintas Jabodetabek. Untuk dua rangkaian yang telah mendapatkan sertifikasi adalah, rangkaian KRL yang telah melakukan uji coba statis dan dinamis pada lintas Duri-Tangerang. Pad ahari Senin tanggal 23 November 2015 silam, KRL KfWkembali menoreh sejarah sebagai KRL uji coba Jakarta Kota-Tanjung Priok, sebagia tahap awal pengoprasian dan pengaktifan kembali stasiun Tanjung Priok.Pada tanggal 21 Desember 2015, secara resmi KRL KfW beroeprasi sebagai KRL yang melayani rute Jakarta Kota-Tanjung Priok.

Perjalanan Perdana Sebagai KRL Uji Coba dan Presmian

Pada hari Selasa tanggal 19 Februari tahun 2013, untuk pertama kalunya KRL KfW menjalankan debut perdananya melayani rute Duri-Tangerang, dengan menggunakan dua train set dengan jumlah total 8 kereta pada satu rangkaian. Rencana peresmian dari perjalanan KRL seri KfW ini adalah dalam peresmian jalur ganda Serpong-Parung Panjang seniali Rp 1,2 triliun pada bulan Maret. KfW direncanakan berjalan sebagai Commuter non subsidi. Pada hari Rabu tangal 17 April 2013, secara seremonial jalur rel ganda lintas Serpong sampai dengan Parung Panjang resmi dioperasikan. Tidak hanya pembangunan rel ganda, kementrian perhubungan juga melakukan elektrifikasi jalur tersebut pada petak Maja-Parung Panjng. Moment tersebut juga bertepatan dengan peluncuran 10 train set KRL KfW, yang merupakan hasil kerjasama antara Indonesia-Jerman, untuk melayanirute Maja-Tanah Abang. Peresmian jalur ganda dan peluncuran KRL KfW tersebut, dihadiri juga oleh Ratu Atut Choisiyah selaku Gubernur banten, Rano Karno selaku Wakil Gubernur Banten, Tundjung Inderawan selaku Direktorat Jendral Perkeretaaapian, serta Duta Besar Jerman untuk Indonesia, serta jajaran dari PT KAI dan PT INKA. KRL KfW tersebut beroperasi dengan penomoran KLB3-11401 sampai KLB3-11408.

Jatuh Bangun Perjalanan KRL KfW di Jabodetabek

Pada hari Rabu tanggal 27 Februari 2013, salah satu dari rangkaian KfW yang beroperasi dilintas Serpong mengalami kendala. DImana tegangan listrik tiba-tiba turun, dan membuat kereta hanya mampu melaju di kecepatan 30 km/ jam. Tidak hanya itu, beberap pintu kereta juga tidak dapat terbuka sempurna. Kondisi tersebut, menyebabkan rangkaian KfW harus menghentikan perjalananya di Stasiun Rawa Buntu. Dari keterangan Purbawa, selaku Kepala Humas KAI Daerah Operasional I, menyatakan, bahwa rangkaian KRL KfW tersebut masih dalam tahap uji coba. Dimana watu atau masa uji coba diserahkan kepada Kementrian Perhubungan. Dalam uji coba yang dilakukan sebelumnya, KRL tersebut berjalan lancar tanpa hambatan saat tidak membawa beban penumpang. Namun ketika dijalankan dengan menggunakan beban penumpang, barulah terlihat kelemahan dari rangkaian KRL buatan INKA tersebut. Dari sebuah thread yang saya dapatkan pada laman semboyan35.com dikatakan, bahwa penyebab utama dari kejadian tersebut adalah terlepasnya kabel sambungan kontrol pada KRL, sehingga kereta hanya mampu berjalan pada kecepatan 30 km/ jam. Lebih jauh dari laman detik.com tertanggal 28 Februari 2013 menginformasikan, bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan koneksi pada Train Control and Monitoring Syste, yang menyebabkan secra otomatis kecepatan kereta dibatasi pada 30 km/jam. Meski demikian, pada hari Kamis tanggal 28 Februari 2013, KfW yang bermasalah tersebut sudah selesai diperbaiki oleh pihak INKA dan siap untuk berdinas kembali.

Sejak 17 September 2014, seluruh rangkaian KfW dipensiunkan sementara dan diparkir di Dipo Kereta Manggarai. Hal tersebut dilakukan karena KfW dinilai belum memenuhi standar keselamatan bagi penumpang dan masih harus menjalankan proses perbaikan dan monitoring. Pada hari Jumat, 10 Mei tahun 2015, sebanyak dua unit kereta dari rangkaian Kfw terbakar di Stasiun Tangerang sekitar pukul 19.10 WIB. Meski demikian, tidak ada korban jiwa dari kejadian tersebut. pada bulan Juli 2015, rangkaian KfW mendapat komplain dan sindiran dari Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. Dimana Ignasius Jonan memberikan perhatian khusus pada KRL buatan INKA tersebut dari sisi kualitas dan standar keselamatan KRL. Pihak INKA sendiri yang diwakili oleh I Ketut Astika selaku General Manager Perencanaan dan Afffair INKA menejlaskan, bahwa permasalahan terdapat pada bagian gearbox yang berfungsi sebagai penerus gaya, seperti halnya gardan pada mobil. KRL KfW pernah beroperasi pada lintas Bekasi, namun ada efek yang ditimbulkan dari pengoprasian tersebut, dimana KRL seri KfW ini, menyedot suplai listrik lebih banyak dibanding dengan KRL Eks Jepang. Dampaknya adalah, KRL KfW menganggu perjalanan KRL Eks Jepang, dikarenakan suplai kelistrikannya kurang memadai untuk pengoprasian KRL KfW.

KRL KfW mengalami pasang surut dalam pengoprasiannya, terlalu banyak gangguan operasional dari KRL ini. Banyak faktor yang mempengaruhinya, baik dari sisi perawatan armada maupun suku cadang, mengingat KRL KfW masih tergolong cukup baru dengan teknologi Eropa pada sistem penggeraknya, dan tidak cukup familiar bagi teknisi KRL yang lebih sering menangani masalah teknis pada KRL Eks Jepang. Oleh karena itu, KRL KfW justru lebih sering mangkrak dari pada terlihat berdinas di lintas. Pada tahun 2014, secara berlahan, beberapa rangkaian dari KfW ditarik kembali menuju kota kelahirannya di INKA Madiun, Jawa Timur. Hal tersebut dilakukan untuk dilakukan perbaikan, observasi, serta evaluasi lebih lanjut dari pihak INKA dan Bombardier. Pada kurun waktu 2014 dan 2015, KRL KfW kembali dioperasikan, hanya dengan rute-rute pendek seperti Manggarai-Duri PP, dan Jakarta Kota-Kampung Bandan PP. 

Pada tahun 2018, mellaui anggaran kementrian tahun 2019-2020, terdapat program revitalisasi untuk rangkaian KfW. Program revitalisasi armada KfW tersebut sejalan dengan program elekgrifikasi jalur Solo-Yogyakarta. Pada 3 Maret tahun 2019, secara bertahap rangkaian KfW yang masih beroperasi di Jabodetabek ditarik kembali menuju Madiun. Sampai dengan akhir Juni tahun 2020, sebanyak 9 train set sudah berada di INKA Madiun, sedangkan train set ke-10 dikirim pada bulan Juli tahun 2020. Revitalisasi sendiri dilakukan sepanjang tahun 2019, sejak KfW pertama kali tiba di INKA sampai dengan tahun 2020. Dalam revitalisasi armada KfW tersebut, perombakan yang terlihat cukup signifikan adalah pada bagian eksterior kereta, dimana rangkaian KfW mengubah warnanya secara keseluruhan.

Lahir Kembali Sebagai KRL Daop 6

Pada bulan Juli 2020, beberapa KRL KfW kembali dikirim dari Madiun menuju Jakarta untuk menjalankan uji coba dinamis kembali. Menginggat, jalur rel Solo-Yogyakarta belum dapat digunakan karena masih menunggu proses finishing dari elektrifikasi yang sedang berlangsung. Pada bulan 18 Juli KRL KfW dengan tampilan baru, yang baru saja selesai menjalankan revitalisasi di Madiun menjalankan uji coba perdananya pada lintas Manggarai-Bandara Soetta.Pada 16 September 2020, KRL KfW hasil revitalisasi tersebut kembali menjalankan uji coba ketahanan (endurance test) pada rute Tanah Abang sampai dengan Rangkasbitung. Total panjang kilometer yang diselesaikan dalam proses uji coba di lintas Jabodetabek tersebut sepanjang 2000 km sebelum kembali dikirim menuju Daop 6 Yogyakarta.

Pada hari Kamis, tanggal 22 Oktober 2020, setelah selesai menjalankan uji coba di Jakarta, rangkaian KRL KfW kembali ditarik dari Jakarta menuju Klaten untuk kembali melakukan uji coba lintas pada rute Solo-Yogyakarta yang tahap elektrifikasinya sudah selesai sepenuhnya dikerjakan dan dipersiapkan untuk uji coba di bulan November. Pada tanggal 5 November 2020, dilakukan uji coba perdananya KRL KfW pada lintas Klaten-Yogyakarta. Sampai dengan artikel ini saya tulis di tanggal 6 November 2020, hari ini, KRL KfW kembali akan melakukan uji coba pada lintasan elektrik milik Daop 6 tersebut.

Uji coba beban sendiri baru direncanakan pada tanggal 10 November 2020 mendatang (4 hari lagi setelah artikel ini saya tulis). Rencana KRL KfW ini akan melayani perjalanan dari Klaten sampai dengan Yogyakarta dengan 10 kali pemberangkatan setiap harinya. Rute Solo-Yogyakarta, ditargetkan sudah dapat dilayani menggunakan KRL KfW pada awal Januari tahun 2021 mendatang. Hal tersebut dikarenakan PT KAI Commuter, masih mempersiapkan sarana pendukugn pengoprasian KRL lintas Daop 6 tersebut, baik dari passenger service, kartu thermal, hingga petugas. Kedepannya, pengoprasian KRL di Daop 6 akan diperpanjang relasinya sampai dengan Kutoarjo dan Kroya.

*(Artikel ini ditulis oleh @kanjengharyo, dengan merujuk beberapa artikel, berita, laporan, penelitian melalui studi literatur baik sumber primer maupun sekunder. Daftar pustaka sengaja tidak saya sematkan agar artikel ini hanya untuk dibaca, da tidak untuk dijadikan sebagai bahan untuk membuat penelitian, makalah, dll yang berkaitan dengan hal akademik. Artikel in jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kajian serta analisis lebih lanjut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...