Selamat pagi sobat semua dan
Salam Spoor...!!! Semoga pada pagi hari yang berbahagia ini sobat semua masih
senantiasa dalam keadaan sehat dan bersemangat untuk menjalankan beragai macam
aktifitas yang ada di hari ini. Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba
membahas mengenai apa sih sebenarnya perbedaan antara bantalan kayu, besi , dan
beton pada rel kereta api. Secara fungsi, bantalan merupakan bagian yang
terdapat pada bagian dasar rel kereta api yang fungsinya sebagai pengapit rel
kereta api agar tidak goyang dan memberikan kestabilan lebar rel saat kereta
api melintas. Namun lebih jauh lagi, bantalan rel kereta api beserta batu
krikil yang ada di rel kereta api juga berfugnsi sebagai alat bantu peredam
getaran saat rangkaian kereta api melintas. Pada awal mula ditemukannya
kendaraan dengan jalur rel, bantalan yang digunakan adalah kayu. Hal ini
merupakan sejarah awal penggunaan kayu menjadi populer sebagai bantalan pada
rel. Selain material kayu mudah didapatkan, material ini juga mudah untuk
dibentuk. Meskipun demikian, tidak semua jenis kayu dapat digunakan sebagai
bantalan pada rel kereta api. Hanya kayu-kayu yang memiliki kualitas tertentu
yang digunakan untuk bantalan rel kereta api. Seperti contoh kayu jati yang
memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim dan cuaca. Hal ini dikarenakan,
bantalan rel kereta api akan berhadapan langsung dengan cuaca dan juga beban
kereta api yang melintas.
Bantalan rel kereta api dengan
menggunakan kayu jati dapat ktia temukan pada masa awal pembangunan jalur kereta
api di Indonesia. Selain karena pada masa tersebut masih mudah untuk
mendapatkan meterial dari kayu, tekhnologi dan kecepatan kereta api yang
melintas saat itu juga masih sangat sederhana dan berjalan pelan. Selain itu,
beban yang dibawa juga tidak seberat kereta api pada masa-masa sekarang ini.
Kalau untuk saat ini kita masih menemukannya di beberapa stasiun-stasiun besar
seperti Tugu Yogyakarta, Mojokerto, Krian, dll. Namun sudah ada beberapa rel
tersebut yang telah diganti dengan bantalan yang terbuat dari beton. Masa
kejayaan bantalan dari kayupun berakhir seiring dengan perkembangan tekhnologi
dan semakin berkurangnya bahan material dari kayu. Selain itu, kondisi situasi
politik lingkungan internasional juga menekankan pada pelestarian hutan. Maka dari
itu, material selanjutnya yang digunakan adalah bantalan yang terbuat dari besi
baja. Pada masa ini, pembangunan jalur rel sudah mulai menggunakan bantalan
yang terbuat dari baja tipis yang dibentuk menyerupai bantalan. Fungsi dari
bantalan tersebut masih sama, sebagai pengapit dua jalur rel kereta api.
Kelebihan dari material ini adalah, kekuatannya yang lebih tahan lama terhadap
kondisi cuaca dibandingkan dengan kayu. Melalui perubahan meterial yang
digunakan pad abantalan kereta api kita dapat mengetahui bahwa perubahan
bantalan yang ada pada rel kereta api selalu seiring dengan perkembangan
tekhnologi kereta api yang melintas di atasnya.
Seperti yang kita ketahui bahwa
bantalan-bantalan tadi juga memilki ukuran rel yang ditopangnya. Pada saat
bantalan sudah menggunakan material dari baja, maka “R” (ukuran lebar dan
ketebalan rel kereta api) rel yang digunakan semakin besar. Hal ini
memungkinkan kereta api dapat berjalan lebih cepat dan lebih stabil
dibandingkan dengan menggunakan bantalan dari kayu dengan ukuran “R” lebih
kecil. Kondisi saat itu mungkin saja dipengaruhi dengan perubahan tekhnologi
kereta api yang digunakan, jika saat menggunakan bantalan dari kayu yang
melintas adalah tekhnologi kereta api dengan mesin uap, maka saat sudah
menggunakan bantalan dari baja, tekhnologi kereta api sudah menggunakan disel
hidrolik. Hal ini dapat kita lihat perkembangan lokomotif yang beropereasi di
Indonesia. Perubahan pada jenis spesifikasi lokomotif tersebut, menuntut
kekuatan jalur rel yang lebih kuat dan stabil untukd apat berjalan dengan
kecepatan standar. Namun seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa tekhnologi
pad ajalur rel harus berjalan seiring dengan tekhnologi yang terdapat pada
transportasi kereta apinya. Seiring dengan perkembangan tekhnologi yang ada,
maka lokomotif-lokomotif barupun didatangkan ke Indonesia, tekhnologi yang
terdapat pada lokomotif baru ini (sebut saja lokomotif seri CC201 saat itu)
menuntut tekhnologi yang seimbang pada jalur relnya. Karena jika tidak seimbang
maka kecepatan kereta api tidak dapat berjalan dengan kecepatan standarnya.
Maka pada akhir tahun 90 an dan
diawal tahun 2000an, proyek perubahan bantalan rel kereta api dari baja ke
betonpun dimulai. Revitalisasi ini bukan tanpa alasan, spek tekhnologi dan
beban kereta api yang semakin berat menuntut kekuatan rel yang menopangnya
lebih kuat dari meterial yang digunakan seblumnya. Seperti informasi yang saya
dapatkan dari salah seorang petugas penilik jalur rel yang ada di Daop 6
Yogyakarta, dirinya bercerita bahwa saat jalur rel yang menghubungkan
Yogyakarta-Kutoarjo masih menggunakan bantalan dari baja, sering kali terjadi kerusakan
pada rel, seperti rel patah ataupun retak. Hal ini dikarenakan, beban yang
dimiliki oleh bantalan dengan material baja tersebut tidak terlalu kuat untuk
menahan beban rangkaian kereta api yang melintas, sehingga rel yang dilalui
saat kereta api melintas menjadi naik dan turun. Kondisi seperti ini lah yang
akhirnya menyebabkan sering kali rel mengalami patahan ataupun retak. Petugas
tersebut juga bercerita, dari pengalamannya tersebut, setidaknya setiap hari
hampir 2 hingga 4 kali dirinya harus ikut memperbaiki rel yang patah ataupun
retak. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut, dipilihlah beton sebagai
bantalan rel kereta api. Selain material ini memiliki nilai yang ekonomis,
material ini juga memiliki ketahanan daya guna hingga 100 tahun. Hal ini tentu
sejalan dengan efisiensi keuangan sebuah perusahaan, dengan menggunakan
material beton, mulai dari biaya maintance dan perbaikan rel dapat dikurangi.
Selain itu dari segi beban,
bantalan rel dengan material beton ini memiliki beban yang lebih berat
dibandingkan dengan material yang terbuat dari kayu ataupun baja. Hal ini memungkinkan bagi kereta api untuk melintas
diatasnya dengan kecepatan maksimal. Selain bantalan, ukuran rel kereta
apinyapun ikut diganti. Untuk saat ini, jalur kereta api di Indonesia sudah
hampir secara keseluruhan menggunakan ukuran rel R54. Ukuran rel yang lebih
besar dan tebal serta bantalan yang terbuat dari beton ini memungkinkan kereta
api berjalan dengan kecepatan maksimal, dengan kecepatan maksimal maka kereta
api dapat mempersingkat waktu tempuh. Meskipun demikian, bukan berarti era
bantalan dari kayu dan baja sudah berakhir, bantalan-bantalan tersebut masihd
apat kita jumpai dibeberapa stasiun. Biasanya terdapat pada jalur-jalur
langsiran yang jarang dilewati oleh kereta api. Oke sobat, mungkin hanya
sedikit tulisan sederhana ini yang dapat saya sampaikan kepada sobat semua.
Semoga sedikit informasi ini dapat bermanfaat, untuk berbagai kekurangnya saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya karena sayapun memiliki keterbatasan
informasi. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih banya kepada sobat semua yang
telah berkunjung ke Dipo Lokomotif Mojosari. Jaya Selalu Negeriku Indonesia,
Jaya Selalu Kereta Api Indonesia...!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar