Seperti yang kita ketahui
bersama, jalur kereta api pada petak ini memang sering sekali menjadi langanan
banjir saat musim penghujan tiba. Pada tahun 2014 lalu, jalur ini juga sempat
mengalami lumpuh karena terendam banjir. Untungnya saat itu beberapa rangkaian
kereta api yang akan melintas masih dapat melintasi genangan dengan bantuan
lokomotif seri BB. Nah dalam tulisan ini saya akan merangkum beberapa cara agar
jalur tersebut tetap dapat dilalui oleh kereta api yang melintas. Adapun cara
pertama adalah
Menggunakan Lokomtof Disel Hidrolik
Jalur yang digenangi air memang
tidak akan dapat dilalui oleh lokomotif seri CC karena lokomotif tersebut
menggunakan tekhnologi disel elektrik yang mana jika lokomotif terendam air
sudah dapat dipastikan akan mengalami konsleting yang berakibat tidak dapat
beroperasinya lokomotif alias mogok. Berbeda dengan sistem pengerak dari
lokomotif yang menggunakan tekhnologi disel hidrolik. Mesin lokomotif dengan
tekhnologi ini cendrung memiliki ketahanan terhadap genangan air, dengan
demikian batas air yang mengenagi jalur rel pada toleransi ketinggian tertentu
masih dapat dilibas dengan lokomotif jenis ini. Sayangnya lokomotif dengna
sistem penggerak disel hidrolik sudah hampir punah di Indonesia. Di Indonesia
sendiri hanay tersisa beberapa buah saja lokomtotif jenis ini dan sisanya telah
berada di kuburan masal lokomotif di Sidotopo. Meskipun INKA juga memiliki
lokomtif jenis disel hidrolik terbaru (CC300) namun sepertinya PT KAI belum
berminat untuk meminang lokomotif tersebut.
Meninggikan Permukaan Jalur Rel
Opsi kedua yang dapat dilakukan
adalah dengan cara meninggikan jalur rel pada petak tersebut. Seperti yang kita
ketahui, saat masih panas-panasnya semburan lumpur Lapindo beberapa waktu lalu,
beberapa informasi mengatakan bahwa beberapa petak tanah yang berada di sekitar
lokasi semburan memang mengalami penurunan tahan. Selain itu, semenjak terjadi
semburan lumpur Lapindo, petak pada jalur tersebut memang menjadi petak yang
tidak seperti sebelumnya dimana saat kondisi masih normal. Dengan meninggikan
beberapa meter tinggi permukaan rel kemungkinan genangan air sungai yang meluap
dapat diatasi.
Menghidupkan Kembali Jalur Rel Mojosari
Ini dia opsi yang paling
saya sukai, yaitu menghidupkan kembali jalur rel yang melintas di Mojosari.
Seperti yang ktia ketahui, pada masa pemerintahan kolonial dahulu, Belanda
membangun jalur rel dari arah Mojokerto menuju arah Timur dengan tiga buah
percabangan yang pertama jalur yang masih aktif hingga saat ini dari Stasiun
Tarik menuju arah Utara, kemudian jalur baru dari pembukaan jalur lama yang
saat ini melintasi Stasiun Tulangan dan satu jalur lagi adalah jalur paling
Selatan dari percabangan yang ada di Stasiun Mojokerto menuju Bangsal,
Mojosari, hingga Gempol. Jalur yang melintas wilayah Mojosari dapat menjadi
alternatif pilihan menginggat jalur tersebut merupakan jalur pintas yang paling
cepat bagi kereta api yang memiliki relasi langsung menuju arah Bangil. Pastinya,
jalur ini tidak melintas di dekat semburan dan tanggul lumpur Lapindo
hehehehe...
Nah sobat, demikianlah beberapa
opsi yang merupakan hasil angan-angan dari saya sendiri. Jika sobat memiki
pemikiran ataupun pendapat lain itu semua hak kita masing-masing untuk
mengemukakan pendapat. Yang jelas, apapun usaha yang telah dilakukan oleh PT
KAI hingga saat ini merupakan segala bentuk jalan terbaik demi kenyamanan
penumpang. Jangan lupa untuk terus mengikuti sejarah perjalanan dan pesona
keindahan kereta api Indonesia hanya di Dipo Lokomotif Mojosari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar