Matarmaja juga menjadi salah satu
kereta dengan tingkat okupansi tertinggi, bahkan sering kali melebihi kapasitas
kursi. Tak heran jika kereta ini juga dikenal dengan istilah “kereta berdiri”,
karena banyak penumpang yang dulu rela naik tanpa tempat duduk. Hal ini menjadi
perhatian publik sehingga PT KAI terus meningkatkan kualitas layanannya dari
tahun ke tahun.
Dalam perjalanannya, Matarmaja
mengalami modernisasi. Sekarang kereta ini menggunakan rangkaian kereta ekonomi
AC buatan PT INKA dengan fasilitas lebih baik, tempat duduk berformasi 3-2,
toilet yang bersih, dan sambungan listrik. Meski begitu, tarifnya tetap
bersubsidi (Public Service Obligation/PSO), menjadikannya salah satu kereta
dengan rasio harga dan jarak tempuh paling efisien di Indonesia.
Fakta menarik lainnya, KA
Matarmaja juga dikenal karena melewati berbagai lanskap indah sepanjang
perjalanan lintas selatan Pulau Jawa: dari pegunungan di Malang, persawahan di
Madiun, hutan jati di sekitar Cepu, hingga kawasan industri di Cirebon. Ini
membuat perjalanan panjang terasa seperti menyusuri “urat nadi kehidupan Jawa.”
Dengan keunikan nama, sejarah
sosial, dan statusnya sebagai salah satu kereta ekonomi jarak jauh paling
populer, KA Matarmaja tak hanya berfungsi sebagai alat transportasi-ia juga
menjadi bagian dari kisah migrasi, kerja keras, dan harapan masyarakat Jawa
Timur menuju ibu kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar