Semenjak
melintas di jalan raya Blimbing di tahun 2009 lalu, saya memiliki keinginan
untuk mengabadikan jalur mati yang ada di wilayah tersebut. Dan akhirnya baru
kesampaian di awal tahun 2014 ini. Setelah usai jeprat jepret di kawasan
Stasiun Blimbing, saya melanjutkan perjalanan untuk mengikuti jalur mati kereta
api tersebut.
sisa sinyal pantograph yang ada di pinggir jalan
Saya tidak
begitu pandai dalam sejarah perkereta apian Indonesia, namun kalau di telusuri
lebih dalam, jalur mati yang ada di wilayah Blimbing ini menuju ke dua titik.
Yang pertama adalah ke daerah Tumpang dan yang ke dua adalah ke kawasan Bandara
Abdurrahman Saleh Malang.
Sisa jembatan yang masih ada di Blimbing
Kalau di
telisik lagi, dugaan saya adalah, jalur tersebut dibangun untuk tujuan. Pertama
yang ke arah Tumpang, adalah untuk mengambil dan menganggkut hasil panen
perkebunan yang ada di kawasan tersebut (soalnya mustahil kalau dibangun untuk
liburan ke Bromo atau Semeru hehehe). Menginggat terdapat banyak perkebunan di
kaki pegunungan di kawasan tersebut.
Jalur rel yang masih ada dan sudah ditanami pohon , jalur ini menuju ke bandar udara Abdurrahman Saleh
Yang kedua
adalah, jalur yang menuju bandara, ada kemungkinan jalur tersebut digunakan
untuk menganggkut pasukan yang mendarat di bandara tersebut melihat keterkaitan
sejarah yang ada. Dari sumber sejarah yang ada di internet bandara tersebut dibangun
di tahun 1937-1940 oleh Belanda. Jadi kemungkinan besarnya adalah mengangkut
pasukan dan logistik ke wilayak kota Malang.
Hanya sebatang rel tua yang masih tertanam di pinggiran jalan
Terlepas dari
itu semua, saat saya melakukan napak tilas tersebut, saya membayangkan
saat-saat dimana jalur tersebut masih aktif. Dimana tidak ada rumah, jalan
raya, serta suara bising kendaraan seperti saat ini. Saya membayangkan saat
jalur tersebut di tahun 1940 an, pasti masih bersih, asri, nan indah. Apa lagi
rute tersebut diapit oleh dua pegunungan yang berada di timur dan baratnya.
Belum lagi jalur tersebut juga melintasi kawasan Mendit. Hemmm pasti asyik
sekali saat kita melintas menggunakan kereta api di tahun 1940 an. Tapi sayang,
jalur tersebut kini hanya menjadi sebuah besi tua dan sepenggal dari kisah
sejarah perjalanan kereta api yang ada di Indonesia.
Wesel yang masih tertanam di pinggir jalan menuju arah mendit
Tertutup aspal jalanan
wesel dari jarak dekat, hanya ini yang tersisa dari searah
Seandainya jalur ini masih aktif, sungguh indah pemandangan pegununganya
Kualanamu terintegrasi kereta, Soetta tinggal operasi beneran, Padang keretanya dirakit, Abdurrahman Saleh semoga aktif lagi relnya terus bisa integrasi sama kereta, tapi masalahnya dari bandara ke Blimbing terus ke Malang Kotabaru putar balik, masalahnya lagi bangunan mepet bekas rel
BalasHapusModa sarana transportasi massal yang aman dan nyaman yang banyak di minati masyarakat,setidaknya pihak PT. KAI dan Dishub memperhatikan akses yang didirikan infrastruktur oleh warga, semakin lama semakin menjamur dan sulit di hindari, sehingga akan terjadi konflik yang panjang dg warga,kami pesimpati kereta api sangat menyayangkan serta miris di mana warisan historiografi peninggalan kolonial merupakan kejayaan moda transportasi pada eranya.
HapusSeharusnya jalur kereta api yg telah di gunakan jalan masi bisa di pakai seperti di solo kereta nya ad di jalan
BalasHapus