orange

"WEB KA TERBESAR DI INDONESIA"-"UPDATE SETIAP HARI"-"WEB KA TERBESAR DI INDONESIA"-"UPDATE SETIAP HARI"-"WEB KA TERBESAR DI INDONESIA"-"UPDATE SETIAP HARI"-
Tampilkan postingan dengan label KEJADIAN PENTING DUNIA KAI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KEJADIAN PENTING DUNIA KAI. Tampilkan semua postingan

Jalur Mati Kereta Api di Tanah Madura

           Jalur kereta api (KA) di Madura resmi ditutup pada tahun 1987. Saat itu aku masih umur 7 tahun. Tapi terus terang belum pernah merasakan naik KA di Madura. Setelah 24 tahun dan semua bekas stasiun KA di Madura nyaris gak ada lagi. Stasiun KA di Pamekasan yang memiliki kompleks stasiun paling besar dibandingkan 3 kabupaten lain di Madura, kini sudah beralih fungsi menjadi taman bermain, pasar rakyat, serta beberapa resto mini bagi wisata kuliner ikan bakar. Jaringan rel KA pun sudah mulai hilang. Baik karena tertutupi tanah, hilang dicuri orang hingga sudah ditempati bangunan warga sekitar.




              Di tahun 2011 lalu sinyal KA bakal kembali diluncurkan di Madura mulai menguat. PT Kereta Api Indonesia (KAI) Wilayah Madura berniat mengaktifkan jalur KA dari Bangkalan (Madura Barat) hingga Sumenep (Madura Timur) setelah 2 tahun diresmikannya Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Madura - Pulau Jawa tersebut. Upaya ini diharapkan dapat mereduksi peningkatan volume kendaraan di jalan arteri Madura (terutama jalur tengah) pasca Suramadu. Harus diakui, keberadaan Suramadu memang menyebabkan peningkatan luar biasa volume lalu lintas yang menyusuri jalanan di Madura.

Lokomotif Uap Milik Pabrik Gula Sedatie

       Pada masa Hindia-Belanda, Jawa Timur merupakan daerah penghasil gula terbesar dunia. Hasil produksi berupa gula pasir banyak diekspor ke Eropa. Potensi lahan yang mendukung untuk tanaman tebu dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah Hindia-Belanda dengan menarik investor untuk membuka pabrik gula.

Salah satu lokomotif uap yang dimiliki Pabrik Gula Sedati sedang melintasi jembatan Kali Sadar yang baru selesai dibangun

       Pengangkutan hasil panen tebu berbeda dengan sekarang. Semua tebu yang sudah bersih diangkut menggunakan lori-lori kecil yang ditarik oleh lokomotif. Setiap pabrik gula yang ada di Jawa Timur memiliki lokomotif uap yang relatif berbeda baik jenis dan jumlahnya. Selain menarik tebu dari kebun menuju pabrik, lokomotif uap juga sering digunakan untuk menarik gerbong gula menuju stasiun kereta api terdekat. Selanjutnya, dari gudang stasiun pengumpul, karung-karung gula dikirim menuju pelabuhan untuk diekspor.

Catatan Sejarah di Mojosari: Pabrik Gula Mojosari Tahun 1915

        Pabrik Gula Mojosari atau dahulu bernama Suikerfabriek Koning Willem II merupakan industri gula milik pemerintah Hindia Belanda. Nama pabrik gula ini diambil dari salah satu nama pangeran Kerajaan Belanda.

           Lokasi pabrik gula ini berada tepat di tengah kota Mojosari, yaitu di sebelah barat pertigaan Adipura. Lokasi  ini dipilih karena berdekatan dengan stasiun kereta api yang berjarak sekitar 500 meter, sehingga memudahkan pendistribusian gula ke pelabuhan. Pada waktu itu, Hindia Belanda mengandalkan sarana kereta api untuk mengangkut penumpang dan barang.

           Foto yang diambil dari KITLV sekitar tahun 1915 menunjukkan proses pemindahan batang tebu dari kotak pengumpulan ke dalam mesin menggunakan konveyor. Tampak pula di depan gedung sebuah lintasan rel lori yang digunakan untuk mengangkut tebu dari kebun petani.

Suikerfabriek Koning Willem II

Sepenggal Kisah Sejarah Perkeretaapian di Semarang

       Setelah memposting tentang foto-foto jadoel mengenai Lintasan Jalur Kereta Buitenzorg-Soekaboemi, kini saya juga akan memposting mengenai sepengal sejarah kereta api yang pernah ada di Kota Semarang. Hal ini akan semakin memperkaya khasanah perkereta apian yang pernah ada di Indonesia sebelum pada akhirnya semua itu hanya menjadi sebuah kenangan masa lalu. Sebuah bangunan, sinyal, hingga rel-rel yang masih tertanam didalam tanah dapat menjadi saksi bisu tentang perkeretaapian yang pernah mengalami masa kejayaan di masa lalu.

      Meskipun masih dipegang oleh perusahaan swasta Belanda, namum paling tidak kereta api pada saat itu menjadi transportasi unggulan dari pada transportasi jalan raya. Sebuah konsep pembangunan transportasi masa depan sebenarnya sudah ada pada bangunan-bangunan peninggalan kereta api masa lalu. Namun riwayatnya kini hanya menjadi sebuah kisah yang diabadikan dalam selembar foto dari album-album lama.

Adapun foto-foto berikut kami ambil dari Forum Kereta Api Miniatur kiriman dari Petruk Asolole dengan judul album "Semarang, Kereta Api Indonesia Ground Zero".

 lokomotif SJS Mij

 Tambaksari Semarang, sekarang merupakan kampung SPOORLAND hunian padat dan kumuh di kawasan Ronggowarsito Semarang. Kumuh karena sekarang kawasan ini merupakan kawasan rob di Semarang. Sebelum Lawang sewu dibangun, (berkisar 1903) semua kegiatan Namlooze Vennotschaap Nederlandsch Indisch Spoorweg Maatschappij diselenggarakan di sini

 Stasiun Jurnatan, dikenal pula dengan stasiun Central Semarang, milik Semarang Joanna Stoomtram Maastchappij (SJS) tahun 1930-an

Lintasan Jalur Kereta Buitenzorg - Soekaboemi (Jadoel)

              Belajar sejarah sambil menyusuri jejak-jejak yang masih tertinggal menadi sebuah daya tarik tersendiri bagi penikmatnya. Maka sekarang ini banyka sekali komunitas-komunitas yang juga bergerak pada pelestarian budaya, baik pakaian maupun kendaraan-kendaraan bersejarah. Dengan mempelajari sejarah, seolah kita dibawa kembali menuju saat-saat dimana kejadian tersebut sedang berlangsung. Mempelajari sejarah tidak hanya kita lakukan melalui buku-buku, namun juga bisa melalui foto, ataupun kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat yang memang menjadi sebuah cagar budaya peninggalan bersejarah dan memiliki nilai sejarah. Bagi orang-orang awam sebuah tiang sinyal bekas kereta api mungkin tidak memiliki nilai dan arti apa-apa, namun bagi penikmat sejarah, hal tersebut dapat menjadi sebuah barang antik yang amat bernilai harganya karena memiliki nilai-nilai yang tidak akan pernah bisa dibeli dengan apapun. Berikut kami berikan foto-foto jadoel yang kami ambil dari sebuah album di Forum Kereta Api Miniatur, kiriman dari Petruk Asolole, dengan judul "Joy Ride Pangrango a long time ago" yang juga disunting dari http://www.kitlv.nl/.

 Soekaboemi dari depan (1900)

 Soekaboemi dari sisi yang lain

 Soekaboemi 1900

Sepenggal Kisah Perjalanan Si Ular Besi Indonesia

      Ada banyak hal yang telah berubah dari tubuh menejemen PT KAI saat ini. Berbagai macam perombakan dan pembaharuan sistem terus saja dilakukan demi mendapatkan kepuasan dari para pelanggan dan konsumen jasa angkutan kereta api. Maka dari itu PT KAI terus melakukan pembenahan diberbagai lini, mulai dari pelayanan pembelian tiket hingga pelayanan kebersihan dan kenyamanan penumpang diatas kereta. Dalam tulisan ini, saya kan membaginya kedalam dua zona masa. Masa pertama adalah masa zaman kegelapan atau yang biasa disebut sebagai dark of age atau masa kejahiliaan kereta api, dan yang keua adlah abad pencerahan dari kereta api. 

Masa kegelapan kereta api Indonesia

        Yang dulunya dilakukan secara manual dan penumpang harus datang langsung ke Stasiun, yang tak ayal  hingga menimbulkan antrian panjang hingga berjam-jam lamanya untuk membeli tiket. Hal ini tentu saja menjadi celah tersendiri bagi para calo penjual tiket. Dimana juga masih memngkinkan bagi setiap orang membeli tiket lebih dari 5 orang. 

      Kesengsaraan yang dialami penumpang ternyata tidak hanya sampai di situ. Karena tiket masih menggunakan sistem manual, maka stok dan ketersediaan tempat duduk juga tidak dihitung secara sistematis. Yang menimbulkan logika menejemen saat itu "kalau mau untung banyak, ya harus mengangkut penumpang yang banyak juga". Semakin banyak penumpang mana akan semakin banyak pula pemasukan yang didapat (mungkin seperti itulah logika perusahaan dulunya). Cara pandang seperti ini tak pelak menimbulkan lonjakan dan ledakan penumpang disetiap pembarangkatan yang pada akhirnya mau tidak mau para penumpang harus berebut dan berdesak-desakan untuk naik ke kereta api. Bahkan tidak jarang pula banyak penumpang yang menunggu di rangkaian kereta mulai dari pagi yang padalah keretanya sendiri baru akan berangkat pada sore ataupun malam hari. 

Stasiun Tugu Jogjakarta

           Stasiun Yogyakarta (kode: YK, +113 m dpl) — juga dikenal sebagai Stasiun Tugu — terletak di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan berada di bawah naungan PT Kereta Api (Persero) Daerah Operasi 6. Stasiun ini beserta rel KA yang membujur dari barat ke timur merupakan daerah perbatasan antara Kecamatan Jetis dan Gedongtengen. Stasiun ini melayani pemberangkatan dan kedatangan kereta api (KA) kelas eksekutif dan bisnis. Pemberangkatan dan kedatangan KA kelas ekonomi dilayani di Stasiun Lempuyangan. Stasiun Tugu Yogyakarta adalah stasiun kereta api terbesar di di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Stasiun Tugu 1887

        Dahulu, di stasiun ini terdapat dua percabangan jalur di sisi barat stasiun yang saat ini sudah dinonaktifkan. Jalur pertama ke utara menuju Magelang dan berakhir di Parakan. Bekas jalur Jogja-Magelang ini dapat kita lihat di beberapa tempat di Jalan Tentara Pelajar, Yogyakarta. Jalur ini juga bercabang di Secang menuju Museum Kereta Api Ambarawa melalui Tuntang hingga berakhir di Kedungjati. Jalur yang kedua, ke arah selatan menuju Palbapang di Kabupaten Bantul. Bekas jalur ini juga masih terlihat di beberapa tempat, salah satunya adalah yang sekarang menjadi lapangan parkir di sisi barat laut Kraton Yogya.

Pasar Bringhardjo 1910

           Meskipun Stasiun Tugu Anno 1887 merupakan salah satu stasiun yang cukup tua (Stasiun Bogor Anno 1880), namun memiliki Arsitektur yang unik. Gedung stasiun berada di tengah kedua sisi rel kereta api, sedangkan bangunan menghadap ke jalan poros kota Yogyakarta. Memasuki Stasiun Tugu Yogyakarta dari pintu timur kita akan di sambut dengan monumen berbentuk lokomotif uap. Keberadaan monumen ini, tidak hanya terdapat di Stasiun Tugu saja, melainkan berada di Stasiun Lempuyangan pada sisi barat dekat dengan palang pintu perlintasan kereta api. Pemilihan pompa air lokomotif atau stoom di jadikan monumen tidak terlepas dari latar belakang sejarah perkeretaapian yang sempat mengandalkan tenaga uap. Pada masa itu setiap satu rombongan gerbong kereta api harus menyediakan satu gerbong air yang dipanaskan sebagai tenaga mesin uap untuk menjadi daya penggerak lokomotir kereta api.

Daftar Kecelakaan Kereta Api di Indonesia

1987
  • 19 Oktober 1987, sekitar jam 06.45, KA 220 Patas Merak bertabrakan dengan KA 225 yang sedang melaju (tabrakan head-to-head) di daerah Pondokbetung, Bintaro, Tangerang. Kecelakaan ini terjadi akibat human error. Terjadi dikarenakan KA 225 yang direncanakan bersilang dengan KA 220 di Stasiun Kebayoran, diganti menjadi di Stasiun Sudimara. Masinis KA 225 salah mendengar semboyan sehingga KA 225 berangkat tanpa sepengetahuan PPKA Sta. Sudimara. Peristiwa ini mengakibatkan 156 orang tewas dan lebih dari 300 orang terluka. Peristiwa ini dikenal dengan Tragedi Bintaro.


 (sumber foto: http://penanggulangankrisis.depkes.go.id/article/view/6/1472/Kabupaten-Banyumas-Provinsi-Jawa-Tengah-Dilanda-Angin-Topan.htm)
 
2001
  • 25 Desember 2001, sekitar jam 04.33, Kereta api 146 Empu Jaya menabrak Kereta api 153 Gaya Baru Malam Selatan yang sedang menunggu bersilangan di sepur 3 emplasemen Stasiun Ketanggungan Barat, Brebes. Tabrakan tersebut terjadi dikarenakan KA 146 melanggar sinyal masuk stasiun Ketanggungan Barat yang beraspek merah (tanda bahwa kereta harus berhenti). Peristiwa ini mengakibatkan 31 orang tewas dan 53 lainnya luka berat termasuk masinis dari KA 146.
2002
  • 10 Juni 2002, jam ± 11:45 WIB, rangkaian langsiran lokomotif BB 306 15 yang membawa 7 rangkaian gerbong semen (KKW) bertabrakan dengan rangkaian KA batu bara nomor KA-2807 lokomotif BB 204 10 yang membawa 8 gerbong batubara (KKBW) dan lokomotif pendorong BB 306 14. Tabrakan terjadi di perlintasan Koto Luar di kilometer 11+450 petak jalan Pauhlima – Indarung.

Sejarah Stasiun Gambir (Weltevreden)

        Di Jakarta banyak wilayah yang memiliki sejarah panjang. Salah satunya Gambir. Dulu daerah Ini disebut Weltevreden. Pembangunan wilayah ini ditujukan untuk kawasan pemerintahan Hindia Belanda.Semula kawasan ini merupakan tanah rawa. Banyak Ilalang tumbuh di sana. Pemilik pertamanya adalah Anthony Paviljoen. Pada 1658 lahan ini disewakan kepada orang China.Pada 1697. lahan yang oleh penyewanya dijadikan kebun sayur-mayur dan perkebunan tebu ini dibeli oleh Cornelis Chastelein. Cornelis membangun sebuah rumah dengan dua kincir penggilingan tebu. Mungkin dialah yang memberi nama Wdtevredcn. yang diartikan sungguh puas.

Syasiun Gambir 1939
Sumber Foto: Wikipedia.com

          Kepemilikan wilayah Ini sempat beberapa kali berpindah tangan. Pada perkembangannya, sebagian dijadikan sebagai tempat peristirahatan. Sebagian lainnya untuk-lokasi pasar.Akhirnya pada zaman Gubernur Jenderal Daen-dels kawasan Weltevreden dikembangkan menjadi pusat pemerintahan. menggantikan kedudukan kota lama Batavia. Ketika Itu kondisi kota lama semakin buruk karena wabah penyakit. Sejak berkembang menjadi pusat pemerintahan, di Weltevreden banyak didirikan bangunan megah [Sejarah Kelurahan Gambir. 1984).

Sejarah Stasiun Jakarta Kota (Stasiun Beos)

       Stasiun Jakarta Kota (kode: JAKK), dikenal pula sebagai Stasiun Beos adalah stasiun kereta api terbesar di Indonesia yang berusia cukup tua di Kelurahan Pinangsia, Kota Tua Jakarta. Stasiun ini adalah satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe terminus (perjalanan akhir), yang tidak memiliki kelanjutan jalur.Keberadaannya pada saat ini diributkan karena hendak direnovasi dengan penambahan ruang komersial. Padahal, stasiun ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, selain bangunannya kuno, stasiun ini merupakan stasiun tujuan terakhir perjalanan. Seperti halnya Stasiun Surabaya Kota atau Stasiun Semut di Surabaya yang merupakan cagar budaya, namun terjadi renovasi yang dinilai kontroversial.


        Pada masa lalu, karena terkenalnya stasiun ini, nama itu dijadikan sebuah acara oleh stasiun televisi swasta. Hanya saja mungkin hanya sedikit warga Jakarta yang tahu apa arti Beos yang ternyata memiliki banyak versi. Yang pertama, Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, di mana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.

Sepenggal Kisah Dari Perjalanan Stasiun Semut Surabaya

     Stasiun Semut kini menjadi monumen kegagalan Surabaya mempertahankan warisan sejarah. Taukah anda jika wajah stasiun ini pernah berubah tiga kali.

 Gambar 1: Wujud bangunan Stasiun Semut pertama

         Bangunan stasiun itu sesungguhnya telah wafat setelah percobaan pembongkaran yang gagal 2003 silam. Padahal Bangunan ini begitu gagah dan kisahnya sungguh fenomenal, menjadi saksi sejarah lahirnya peradaban transportasi keretaapi di negeri jajahan. Ketika lokomotif hitam tiba di Hindia Belanda 130 tahun silam, saat suaranya mendengus-dengus, deritnya, dan uap yang menyembur-nyembur dari cerobong, sejak saat itulah Stasiun Semut mulai hadirInilah stasiun pertama di Jawa Timur dan stasiun keretaapi ketiga di Hindia Belanda. Relnya tidak nyambung dengan stasiun manapun ketika pertama dibangun.

       Semula bernama Station Spoorwegen en Stoomtram Soerabaja. Namun sejak awal dibangun sampai saat ini lidah pribumi lebih akrab menyebut Stasiun Semut karena lokasinya di Kampung Semut.Gagasan pembangunnya muncul sejak Belanda mulai memikirkan modernisasi transportasi menyusul kebijakan politik pintu terbuka pada akhir abad XIX. Undang-undang tertanggal 6 April 1875 dalam Staatsblad No 141. Di dalamnya memutuskan untuk membangun jaringan jalur kereta di trans Jawa dengan biaya pemerintah dengan nama perusahaan Staats Spoorweg (SS).Pulau Jawa memiliki sejarah yang panjang perkeretaapian dan merupakan salah satu jaringan terlengkap dan tertua di Asia.

Sejarah Stasiun Surabaya Kota (Stasiun Semut)

         Stasiun Surabaya Kota (SB) yang populer dengan nama Stasiun Semut terletak di Bongkaran, Pabean Cantikan, Surabaya Letaknya sebelah utara Stasiun Surabaya Gubeng dan biasanya sebagai stasiun tujuan terakhir di kota Surabaya dari jalur kereta api selatan pulau Jawa yang menghubungkan Surabaya dengan Yogyakarta dan Bandung serta Jakarta dan sekarang dipindahkan ke Stasiun Surabaya Gubeng. Stasiun lain yang juga penting di Surabaya adalah Stasiun Pasar Turi yang menghubungkan Surabaya dengan Semarang dan Jakarta. Baru dalam masa kemerdekaan, Jawatan Kereta Api mengadakan layanan kereta api antara Jakarta dan Surabaya Pasar Turi melalui Semarang dan Stasiun Semut dijadikan sebagai tempat langsiran kereta api jarak menengah dan jarak jauh dan melayani kereta komuter saja.

 Keterangan foto diatas tertulis “Soerabia Spoor Station” dan “Station Van De Staatsspoorwegen Te Soerabaja” Tahun1900
(sumber:  http://holiczone.wordpress.com/category/communityholic/)

           Berdasarkan sejarahnya, Stasiun Surabaya Kota dibangun ketika jalur kereta api Surabaya-Malang dan Pasuruan mulai dirintis sekitar tahun 1870. Tujuannya untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah pedalaman Jatim, khususnya dari Malang, ke Pelabuhan Tanjung Perak yang juga mulai dibangun sekitar tahun itu. Gedung ini diresmikan pada tanggal 16 Mei 1878. Dengan meningkatnya penggunaan kereta api, pada tanggal 11 Nopember 1911, bangunan stasiun ini mengalami perluasan hingga ke bentuknya yang sekarang ini.


Sejarah Pembangunan Stasiun Malang Kota Baru

          Jalan kereta api Surabaya-Malang sudah dibuka sejak tahun 1878. Pada masa itu sepanjang jalan raya Kayoetangan-Tjelaket baru terdapat beberapa rumah orang Eropa. Di sebelah timur dari jalan raya tersebut pada waktu itu masih berupa sawah meskipun sudah terdapat tangsi militer di sebelah timur jalan kereta api. Oleh sebab itu stasiun kereta api ditempatkan di sebelah timur rel kereta api dan berhadapan langsung dengan tangsi militer. Tangsi militer yang besar di sebelah timur rel ini merupakan penghambat besar bagi perkembangan Kota Malang ke timur. Perkembangan kota ke arah barat, yang tanahnya lebih tinggi, pada sekitar tahun 1920-an mulai terlihat dengan jelas. Oleh karena itu letak stasiun lama yang berada di sebelah timur rel kereta api menjadi tidak menguntungkan. Lagi pula Lapangan JP Coen (Alun-alun Bunder) sudah dibayangkan sebagai pusat pemerintahan yang juga dilalui jalan utama timur-barat. Dengan demikian pemindahan letak stasiun yang berada di sebelah timur rel ke sebelah barat rel akan lebih tepat dan serasi dengan perencanaan kota.



Sejarah Kereta Api Listrik Pertama di Indonesia

      Satu sarana transportasi darat yang peresmian beroperasinya kereta api listrik pertama tanggal 6 April 1925, tepat 50 tahun setelah peresmian kereta api pertama di Jakarta. Pada waktu peresmiannya, baru ada 2 jalur saja, yaitu jalur Tanjung Priok Jatinegara sepanjang 15,6 km dan Jatinegara-Manggarai sepanjang 2,6 km. Tak lama kemudian menyusul Tanjung Priok - Jakarta Kota sepanjang 8 km. Setahun kemudian dibuka jalur Gambir-Kereta Api, sarana transpotasi pada masa Batavia Kereta Manggarai sepanjang 4 km dan jalur Kebayoran- Jakarta kota sepanjang 4,9 km. Setelah itu menyusul jalur menuju Bogor.

sumber: jakarta.go.id


Rangkaian kereta api listrik pertama
(sumber: jakarta.go.id)

Jaringan Kereta Listrik Batavia - Buitenzorg 1918

        Stasiun Bogor (Buitenzorg) dibangun tahun 1880 pada waktu membuat lintas Buitenzorg - Soekaboemi - Tjiandjoer - Tjitjalengka. Namun jaringan kereta listrik hanya ada di Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor) yang dibangun tahun 1918, kemudian tahun 1925 jaringan listrik juga dibuat ke Meester Cornelis (Jatinegara) ke Tandjoeng Priok. Staats Spoorwegen, sebagai operator kereta api milik Pemerintah Kolonial Belanda, memulai proyek elektrifikasi jalur kereta Tanjung Priok - Meester Cornelis (Jatinegara) pada tahun 1923 dan diresmikan pada 1925. Proyek elektrifikasi terus berlanjut pada lingkar Jakarta, hingga Bogor dan Bekasi. Kereta yang digunakan ialah lokomotif listrik seri 3000 buatan pabrik SLM–BBC (Swiss Locomotive & Machine works - Brown Baverie Cie), lokomotif listrik seri 3100 buatan pabrik AEG (Allgemaine Electricitat Geselischaft) Jerman, lokomotif listrik seri 3200 buatan pabrik Werkspoor Belanda serta kereta listrik buatan pabrik Westinghouse dan kereta listrik buatan pabrik General Electric.

 Kereta api listrik pertama yang menghubungkan Gambir dengan Tanjungpriok
(sumber foto: wikipedia.com)

Jelajah Stasiun Jagalan di Kota Malang

             Selamat sore sobat semua, maaf ya kalau tulsian saya masih dalam suasana nostalgia sejarah kereta api. Setelah semalam meminta wejangan ke teman yang bisa dikatakan ahli sejarahnya kereta api, saya mendapat nama Stasiun yang menurut saya masih asing terdengar di telinga saya. Nama stasiunnya adalah Stasiun Jagalan. Konon beritanya, stasiun ini berada di dekat Stasiun Malang Kota Lama, yaitu tempat yang digunakan untuk melangsir kereta api tangki ke Dipo Pertamina yang ada di sana. Akhirnya, siang tadi saya langsung meluncur ke TKP untuk melihat sendiri bagaimana bentuk bangunan dari Stasiun Jagalan tersebut. Semalam juga saya sempat browsing di internet seputar keberadaan stasiun tersebut. Ternyata Stasiun itu sering saya lewati namun tidak pernah saya sadari keberadaannya. Kalau kata teman saya, tempat ini dahulunya dalah tempat untuk memutar kereta api. Nah, kalau sobat masih penasaran dengan bentuk dan lokasinya, yuk langsung saja kta lihat gabar hasil jepretan saya di lokasi siang tadi.


 Papan penanda aset, dari gang masuk menuju arah eks Stasiun Jagalan

 Arah kiri menuju stasiun Malang Kota Lama yang kiri menuju Dipo Pertamina

Repost Mengenai Sejarah Perkereta Apian Di Majalengka

            Untuk postingan kali ini, mohon maaf ya sobat kalau saya repost dari postingan teman di blog http://infomajalengka.wordpress.com. Bukan maksud hati malas menulis, namun karena keterbatasan pengetahuan saya dan sumber informasi yang saya miliki. Seandainya saya menulis, saya takut terjadi banyak kesalahan, karena terstertang, tempat ini berada di wilayah Jawa Tengah yaitu Kota Majalengka. So, lebih enaknya, langsung saja yuk, kita simak pemaparan teman kita dari Majalengka mengenai "Sejarah Perkereta Apian Di Majalengka"
Jalur KA Kadipaten – Cirebon di sisi jalan raya pos di Jatiwangi pada Tahun 1940 (Perhatikan rel di kiri jalan). (Sumber: kitlv.pictura-dp.nl)

             Kereta api merupakan alat transportasi masal yang sejak saat ditemukan hingga sekarang tetap menjadi primadona dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Moda transportasi yang lahir di Inggris dan masuk ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Jalur Kereta Api pertama di Indonesia dibangun dengan rute Samarang (Semarang) – Tanggung yang mulai dibuka pada tanggal 10 Agustus 1867.Pembuatan jalur pertama ini menjadi pintu gerbang perkembangan pesat pembangunan infrastruktur sang ‘ular besi’ di Indonesia. Jalur-jalur kereta api dibangun diberbagai daerah sepeti jalur Batavia – Buitenzorg (Bogor), Surabaya – Malang, hingga Samarang – Surakarta – Yogyakarta. Rute rute tersebut bukanlah dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda namun oleh perusahan swasta belanda bernama Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij atau disingkat NISM.

Sepenggal Perjalanan Sejarah Trem Di Surabaya

          Masih dalam semangat untuk menelusuri jalur-jalur mati kereta api yang ada di wilayah Indonesia.  Ternyata tidak hanya wilayah Malang saja yang memiliki jalur trem yang panjang, namun begitu halnya di Kota Pahlawan Surabaya ini. Sesekali saya juga melakukan perjalan dengan menggunakan sepeda motor untuk menelusuri jalur mati yang masih terlihat keberadaannya dari sisa-sisa bangunan, rel, dan sinyal ataupun jembatan yang ada hingga saat ini. Nmaun tidak ayal pula saya menggunakan mesin pencari google untuk mendapatkan gambar-gambar arsip lama yang mana mengambarkan kisah dari perjalanan angkutan rel di Indonesia. 

 Moda trasnportasi masal yang hanya tinggal sejarah

 Tampak jalur Trem yang melintas di tengah kota
(sumber foto: kaskus.com)

           Sangat menyenangkan sekali dapat belajar banyak dari sejarah perkereta apian yang ada, apa lagi saat melihat-lihat masa-masa kejayaan kereta pai pada era kolonial Belanda. Di mana, banyak sekali dibangun jalur jaringan rel yang menghubungkan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, yang saat ini mungkin sudah tidak digunakan kembali. Adapula beberapa ruas wilayah yang ada di tempat tinggal kita misalnya, yang tidak kita sadari kalau dulunya pernah dilewati oleh jaringan rel.

Perjalanan Sejarah Kereta Api Di Wilayah Malang

           Dalam sejarahnya, berkat kependudukan kolonialsime Belanda di Indonesia, negara ini menjadi negara kedua tertua di Asia yang memiliki jalur kereta api setelah India. Sayangnya, dengan seiring berjalannya waktu, banyak jalur-jalur tersebut yang tidak terpakai dan tidak terurus keberadaannya. Bahkan tidak banyak dari sisa-sisa sejarah perjalanan perkereta apian tersebut yang dapat kita temukan. Baik itu berupa bangunan stasiun, rel kereta api, jembatan, persinyalan yang masih tersisa dari perjalanan waktu. Karena sudah banyak yang beralih fungsi bahkan sudah ada yang terpendam dengan tanah ataupun sengaja dibongkar untuk keperluan lainnya.

Sebuah jalur trem melintasi kawasan alun-alun Kota Malang.

           Seperti contoh jaringan kereta api yang ada di Kota Malang. Beberapa hari ini saya memiliki keinginan kuat untuk mengetahui jalu-jalur mati yang ada di Kota Malang. Karena, setiap kali saya melakukan perjalanan dengan menggunakan sepeda motor ke wilayah-wilayah tertentu di Kabupaten Malang. Saya acapkali menemukan sisa-sisa dari peninggalan sejarah kereta api itu. Seperti bangunan jembatan, sisa sinyal pantograp, rel-rel yang hampir tertimbn tanah dan aspal jalanan dan masih banyak lagi. Anehnya hal yang sepreti itu saya temukan di Daerah pelosok seperti Dampit, Turen yang berada di wilayah Malang Selatan. Yang notebene, kalau dilihat sekarang ini tidak ada sama sekali tanda-tanda kalau dulunya tempat  ini pernah dilalui oleh jaringan transportasi seperti rel kereta api.

Sejarah Perkeretaapian Indonesia

          Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jum’at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh “Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij” (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada Hari Sabtu, 10 Agustus 1867. 


         Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen – Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang – Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA didaerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 – 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km. Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar – Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang – Maros belum sempat diselesaikan. 
           
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...